HomeTips & TrickSejenak di Gunung Bromo Bersama Keluarga, Selamanya Bersama Kenangan dan Harapan

Sejenak di Gunung Bromo Bersama Keluarga, Selamanya Bersama Kenangan dan Harapan


Musim liburan sekolah beberapa waktu lalu, saya dan keluarga memutuskan untuk mengunjungi Gunung Bromo. Destinasi wisata yang sudah lama kami impikan ini akhirnya bisa kami nikmati meskipun bertepatan dengan puncak musim liburan. Perjalanan ini bukan hanya soal menikmati keindahan alam, tetapi juga membawa pelajaran berharga yang akan selalu kami kenang.

Mengenang Bromo 20 Tahun yang Lalu

Liburan ke Gunung Bromo kali ini bukanlah yang pertama bagi saya. Namun ini kali pertamanya bagi anak-anak saya bisa merasakan dinginnya kawasan wisata Bromo. 

Dulu, tepatnya 20 tahun yang lalu saat masih SMA, saya bersama teman-teman pernah menyusuri Gunung Bromo. Sebelumnya saya tidak pernah mendaki gunung sama sekali. Namun demi melihat seperti apa kawah Bromo dan menikmati sunrise, saya pun bertekad untuk bisa sampai di puncak. 

Gunung Bromo memang cocok sekali untuk pendaki pemula. Jalurnya tidak ekstrim, bahkan ada sekitar 200-an anak tangga hingga ke bibir kawahnya yang bisa membantu pendakian. 

Durasi pendakian pun termasuk cepat.  Dengan ketinggian 2392 mdpl, sebenarnya saya dan teman-teman mestinya bisa melihat sunrise yang indah dari puncak Bromo. Namun sayangnya, seingat saya sunrise di hari kedatangan saya ke Bromo tidaklah sempurna. Langit agak mendung sehingga menutupi cahaya matahari yang muncul. 

Tentu ada perasaan sedikit kecewa, tapi rasa itu sirna ketika saya menyadari kembali kalau saya ke Bromo bersama teman-teman dan jadi memiliki kenangan indah yang masih saya ingat hingga hari ini, ingat  20 tahun kemudian…

Kembali Lagi ke Bromo, Persiapan Berangkat Bangun Tengah Malam

Ingin rasanya mengulang kembali momen di Gunung Bromo, akhirnya hampir setahun yang lalu, saya mengajak suami dan anak-anak untuk wisata ke Gunung Bromo. 

Karena sekalian mengunjungi Kota Malang dan Kota Batu sehingga akan memakan waktu yang agak lama, kami bun ke Bromo di masa-masa liburan sekolah.  

Saya paham sekali kalau saat liburan sekolah pasti tempat-tempat wisata akan ramai.  Tapi mau bagaimana lagi? Karena pekerjaan dan anak juga sudah mulai besar, rasanya sulit untuk libur di waktu biasa. 

Akhirnya hari yang kami nantikan pun tiba. Persiapan ke Bromo sudah dimulai sejak malam sebelumnya. Karena untuk menikmati keindahan sunrise di Bromo, perjalanan harus dimulai dini hari, kami memutuskan untuk tidur lebih awal agar tubuh cukup istirahat. Alarm berbunyi tepat pukul 12 malam. Dengan mata yang masih mengantuk, kami mulai bersiap-siap.

Kami mengemas semua yang diperlukan: jaket tebal, sarung tangan, topi kupluk, serta sepatu dan sandal gunung yang nyaman. Udara Bromo yang terkenal dingin membuat kami tidak ingin mengambil risiko kedinginan di tengah perjalanan, terutama anak-anak. Tak lupa, kami juga membawa camilan dan air mineral untuk berjaga-jaga di perjalanan.

Pukul satu dini hari, driver tour yang sudah kami pesan sejak beberapa minggu sebelumnya tiba di depan penginapan kami di Kota Batu. Dengan suasana gelap dan udara dingin yang cukup menusuk, kami memulai perjalanan menuju check point.

Menunggu di Check Point

Dengan rasa ngantuk bercampur antusias yang tinggi, kami meluncur menuju titik kumpul. Sesampainya di sana sekitar pukul dua pagi, kami masih harus menunggu beberapa saat hingga tour guide dan jeep yang akan membawa kami berkeliling Bromo siap kami gunakan.

Sambil menunggu, saya juga memperhatikan kalau suasana di check point sudah sangat ramai. Banyak wisatawan lainnya yang juga menunggu giliran untuk naik jeep. Untungnya di tempat ini juga disediakan toilet dan ada juga warung makan. Kalau ada yang lupa membawa perlengkapan, seperti sarung tangan dan topi kupluk untuk meredam rasa dingin pun di sini ada yang menjualnya. 

Sekitar pukul 3 pagi guide kami ke Bromo beserta mobil jeep sudah tersedia. Setelah memastikan semuanya siap, kami naik ke jeep. Sekilas saya melihat bagaimana anak-anak terlihat gembira memulai perjalanan dengan jeep berwarna kuning yang kami naiki ini. 

Perjalanan Menuju Kawasan Bromo

Perjalanan menuju kawasan Bromo terasa menegangkan sekaligus seru. Jalanan gelap dengan kabut tebal membuat pandangan sangat terbatas. Saat saya melihat keluar jendela jeep hanya ada lautan kabut dengan beberapa mobil jeep lain yang juga menuju arah yang sama. 

Sopir jeep yang kami tumpangi tampak sudah sangat berpengalaman; ia mengemudikan mobil dengan sangat tenang meski medan sudah pasti cukup sulit. Sesampainya di kawasan Bromo, suasana masih gelap gulita. Hanya suara mesin jeep dan hembusan angin dingin yang menemani perjalanan kami.

Setelah beberapa waktu, jeep kami tiba di Pananjakan, salah satu spot terbaik untuk menikmati sunrise di Bromo. Dari Pananjakan, biasanya akan terlihat jelas deretan Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Widodaren. Gunung Semeru yang jaraknya lebih jauh pun bisa terlihat. 

Sayangnya, saat subuh kami sampai di sana, antrian jeep sangat mengular!  Ramainya luar biasa. Banyak jeep yang terjebak dalam antrean panjang, sehingga kami pun tidak bisa mencapai puncak Pananjakan. 

Jarak antara jeep kami berhenti sampai Pananjakan masih sekitar 2 km lagi. Masih cukup jauh jika ingin dilanjutkan dengan berjalan kaki atau naik ojek. Ya, ada saja ojek yang menawarkan jasanya ke kami untuk bisa sampai ke puncak.

Sebelumnya saya sudah mengira akan ramai, tapi tidak sampai seramai dan semacet ini. Bagaimana bisa di tengah pegunungan seperti ini bisa macet panjang… 🙂 

Akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk tetap berada di dekat jeep kami berhenti.. Lagi pula saya pikir sudah pasti di atas pun akan penuh sesak. Jadi kami akan mencoba ikhlas saja tidak mendapat spot terbaik untuk melihat view gunung dan berusaha menikmati yang kami dapat di sini. 

Menikmati Indahnya Pemandangan dari Tempat Berdiri

Meski tidak sampai ke puncak Penanjakan, kami tetap merasa beruntung. Kami masih bisa menikmati keindahan Bromo dari tempat kami berdiri. \

Di depan mata, Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Widodaren tampak begitu megah. Kabut yang menyelimuti kawasan itu menambah kesan mistis dan memukau.

Cahaya matahari perlahan mulai menembus kabut, menciptakan gradasi warna yang sangat cantik. Kami pun tak lupa mengabadikan momen indah ini dalam bentuk foto dan video untuk nantinya mengingat kembali apa yang sudah kami capai hari ini.

Hal ini pun menyadarkan saya juga kalau saya memang gagal mencapai tujuan yang saya rencanakan, tapi ternyata ada tujuan-tujuan lain yang tidak kalah indahnya dan masih bisa saya nikmati dengan suka hati.

Namun di dalam hati, saya masih menyimpan tekad suatu hari nanti saya dan keluarga bisa kembali ke sini lagi dan saat itu kami bisa mencapai puncak Pananjakan untuk menikmati sunrise yang lebih sempurna… 🙂

Pasir Berbisik yang Luas dan Hening

Setelah puas menikmati pemandangan dari Pananjakan, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, yaitu Pasir Berbisik. Tempat ini merupakan hamparan pasir vulkanik luas yang terhampar di kaki Gunung Bromo.

Ketika tiba di sini, kami langsung disambut oleh pemandangan yang luar biasa. Pasir hitam yang terhampar sejauh mata memandang menciptakan suasana yang begitu tenang. Anak-anak berlarian sambil bermain-main di atas pasir. 

Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika kami berhenti sejenak, duduk di atas pasir, dan hanya mendengarkan suara angin sambil memandangi Gunung Bromo di kejauhan. Rasanya seperti semua hiruk-pikuk kota hilang, digantikan oleh ketenangan alam.

Karena luasnya, meski banyak wisatawan namun tempat ini juga tidak tampak ramai. Bersyukur sekali saya bisa berada di sini bersama keluarga sambil sesekali mengagumi megahnya deretan gunung di hadapan saya. 

Savana, Hamparan Hijau yang Menyegarkan

Destinasi terakhir kami di kawasan Bromo adalah savana atau biasa disebut juga Bukit Teletubbies. Tempat ini memiliki pemandangan yang sangat berbeda dibandingkan Pasir Berbisik. Jika Pasir Berbisik didominasi oleh warna hitam dan abu-abu, savana adalah lautan hijau yang menyegarkan mata.

Hamparan rumput hijau yang luas dikelilingi oleh perbukitan membuat tempat ini terlihat seperti lukisan. Kami berjalan-jalan santai di sini, menikmati udara segar dan mengambil banyak foto dan  video.

Anak-anak sangat menyukai savana karena mereka bisa bebas berlarian di rerumputan tanpa takut terjatuh. Kami juga sempat menyewa kuda putih untuk ditunggangi sebentar oleh anak-anak. 

Saat menikmati keindahan savana, saya teringat kejadian beberapa tahun lalu. Savana ini pernah mengalami kebakaran hebat yang melalap sebagian besar vegetasinya. Kebakaran itu meninggalkan tanah yang gersang dan pemandangan yang menyedihkan.

Tetapi, seiring waktu, alam membuktikan kemampuannya untuk bangkit. Kini, savana telah kembali hijau, bahkan lebih indah dari sebelumnya.

Berjalan-jalan di savana yang sudah pulih ini membawa pelajaran hidup yang mendalam bagi saya. Kebakaran yang pernah menghancurkannya adalah sebuah fase sulit, tetapi setelah melewati itu, savana kembali dengan keindahan baru. Begitu juga dengan hidup. Ada masa-masa sulit yang harus dihadapi, tetapi selalu ada harapan di depan dan hal baik yang menanti.

Bromo, antara Kenangan dan Harapan

Perjalanan ke Bromo kali ini mungkin tidak sepenuhnya sesuai rencana karena keramaian yang membuat kami tidak bisa mencapai puncak Penanjakan. Namun, pengalaman menikmati keindahan Bromo dari berbagai sudut, bermain di Pasir Berbisik, dan berjalan-jalan di savana sudah cukup untuk membuat liburan ini begitu berkesan.

Kami sekeluarga sepakat bahwa Bromo adalah salah satu destinasi yang layak untuk dikunjungi lebih dari sekali. 

Dalam hati, saya berharap suatu hari nanti kami bisa kembali ke sini, mungkin di luar musim liburan, sehingga suasananya lebih tenang dan kami bisa menikmati semua spot dengan maksimal.

Kalau Eigerian berencana mengunjungi Bromo, terutama bersama  anak-anak, persiapkanlah diri dengan baik, terutama jika berkunjung saat musim liburan. 

Liburan ke Bromo ini bukan hanya tentang menikmati pemandangan, tetapi juga tentang menciptakan kenangan bersama keluarga yang akan terus kami kenang. Terima kasih, Bromo, untuk petualangan yang tak terlupakan ini!

Baca Juga: Kirim Artikel ke Blog EIGER Sejenak, Bercerita Selamanya

Tentang Program Tulisan Eigerian

Cerita Eigerian adalah salah satu rubrik dalam program Tulisan Eigerian. Program Tulisan Eigerian adalah program yang membuka kesempatan bagi para penulis dan petualang untuk menjadi kontributor di Blog EIGER. Kontributor dapat berbagi karya, cerita, tips, ataupun review produk EIGER. Program ini terbuka untuk umum dan memiliki syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para kontributor. Yuk salurkan bakat dan bagikan semangat petualangan melalui tulisan-tulisan yang bermakna sekarang juga, ada reward bagi kontributor yang tulisannya ditayangkan! Cek syarat dan katentuannya untuk menjadi kontributor Blog EIGER di sini atau langsung kirim artikelmu melalui form ini.

Tentang Menjelajah Sejenak, Selamanya Bercerita

Mau artikelmu juga dipublish seperti artikel di atas? Yuk kirimkan karyamu sekarang. Selama periode 1 November 2024 hingga 15 Desember 2024, EIGER mengajakmu untuk merefleksikan perjalanan yang telah dilakukan selama setahun terakhir dan berbagi cerita berharga.

Ingatlah bahwa cerita terbaik seringkali datang dari situasi tak terduga. Jangan biarkan cerita-cerita perjalananmu terlupakan begitu saja. Tuangkan dalam sebuah tulisan dan bagikan kepada banyak orang. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments

Rensi Gabrilla Renanda Aan Claudia on Daftar Menu Makanan dan Cara Tepat Mengolahnya Saat Mendaki
Syamsul Alam Habibie Sahabu on Promo 2.2 Seru Belanja Outfit Riding Terbaru
Rensi Gabrilla Renanda Aan Claudia on Promo 2.2 Seru Belanja Outfit Riding Terbaru
Rensi Gabrilla Renanda Aan Claudia on Promo 2.2 Seru Belanja Outfit Riding Terbaru