Bagi sebagian orang mungkin masih asing mendengar olahraga bernama slackline. Ini merupakan salah satu olahraga ekstrem yang sejatinya membutuhkan tingkat fokus dan ketenangan yang tinggi.
Dalam praktiknya, slackline merupakan olahraga yang menitikberatkan pada teknik keseimbangan berjalan di atas seutas tali. Tali yang digunakan biasanya tali webbing atau tali berbentuk pita yang dikencangkan antara dua titik jangkar di berbagai macam ketinggian.
Variasi ketinggian itu ditentukan dari kemampuan seseorang dalam menjaga keseimbangannya. Tidak hanya dilakukan di atas permukaan tanah saja, tetapi sudah banyak pegiat slackline yang juga melakukan aksinya di atas pohon yang tinggi, danau, sungai, atau bahkan di tebing yang curam untuk merasakan sensasi yang berbeda-beda.
Baca Juga: 10 Alat Panjat Tebing Beserta Fungsi dan Cara Pakainya
Sejarah Slackline dari Zaman Yunani Kuno
Olahraga ini ternyata sudah ada sejak zaman Yunani kuno atau sekitar tahun 260 sebelum masehi. Pada masa itu, ada empat jenis kegiatan berjalan di atas seutas tali, yaitu ‘Oribat’ yang merupakan tarian yang dilakukan di atas tali; ‘Neurobat’ yang merupakan berjalan di seutas tali dengan ketinggian yang tinggi; ‘Schenoebat’ di mana seseorang menuruni tali; dan ‘Acrobat’ yaitu melakukan atraksi unik di atas tali.
Kemudian, seseorang bernama Sensor Messala memberikan sebutan untuk keempat gerakan tersebut dengan nama ‘Funambulus’ yang berasal dari kata Funis atau seutas tali, dan Ambulare yang berarti berjalan.
Funambulus bisa dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan alat bantunya, yaitu di atas kawat baja disebut wire walkers, di atas tali disebut tightrope walkers, dan di atas tali webbing disebut slackliners.
Highline Pertama Berhasil Dilakukan di California
Berawal di tahun 1970-an, banyak orang yang tertarik dan berbondong-bondong memanjat tebing untuk melakukan aksi slackline ini di lembah Yosemite, California.
Untuk meningkatkan keseimbangan dalam melakukan slackline, para pemanjat tebing ini awalnya menggunakan rantai sebagai bahan utamanya, lalu menggunakan tali panjat tebing, dan kemudian seiring perkembangan zaman beralih dengan menggunakan tali webbing. Sejak saat itu banyak orang yang berlatih di lembah Yosemite dan menyebut perkumpulan tersebut dengan sebutan slacklining.
Pada tahun 1983, terdapat tiga orang yang berhasil melakukan lompatan highline ekstrem untuk pertama kalinya dalam sejarah slackline, tepatnya di bawah jembatan lokal di kota Pasadena, California. Kejadian ini berhasil mencatat rekor baru di dunia slackline.
Highline Paling Ekstrem di Perbukitan Lost Arrow
Pada tahun 1985, dua orang pegiat slackline berhasil melakukan highline lebih ekstrem di Lost Arrow, yaitu sebuah perbukitan dengan jurang yang terjal. Sebelumnya mereka pernah mencoba satu kali pada tahun 1984 di tempat yang sama, namun percobaan tersebut gagal karena cuaca dan angin kencang.
Awal Mula Munculnya Slackline di Indonesia
Sejarah panjang olahraga slackline di Indonesia rupanya sudah ada sejak tahun 1980-an, tepatnya di tahun 1983 ketika Harry Suliztiarto (founder olahraga panjat tebing di Indonesia) yang pulang bersekolah di International School of Mountaineering (ISM), Swiss membawa sejumlah literatur mengenai olahraga slackline ke Indonesia sebagai penunjang olahraga panjat tebing yang membutuhkan keseimbangan yang baik.
Tidak banyak yang akhirnya mencoba olahraga ini pada saat itu. Hanya beberapa nama pegiat yang mencoba mempopulerkannya di Indonesia, di antaranya Mamay Salim, Sandi (alm), Packong (alm), Herry Hermanu, Harry Suliztiarto, Djati Pranoto, dan Adyana.
Bertahun-tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2011, sebuah komunitas extreme outdoor sport di Bandung yang bernama PUSHING PANDA mulai mempopulerkan olahraga slackline ini kepada masyarakat umum.
Kenalan Dengan Pushing Panda, Komunitas Slackline di Indonesia
Pushing Panda adalah sebuah komunitas yang terdiri dari anak-anak muda kota Bandung yang menyukai olahraga ekstrem di luar ruang. Selain slackline, komunitas ini juga merupakan pegiat olahraga climbing dan rope jump.
Slackline sendiri merupakan salah satu olahraga ekstrem asal Amerika yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1980-an. Pada saat itu, kegiatan ini dilakukan masih menggunakan wire baja.
Slackline modern baru populer di awal tahun 2011 dan semakin dikenal banyak orang sebagai olahraga yang menjaga keseimbangan di atas sebuah tali yang dibentangkan. Selain berjalan di atas seutas tali, slackline ini mempunyai berbagai macam trik-trik yang atraktif.
Untuk bisa melakukan trik-trik dengan kesulitan yang beragam tentu diperlukan latihan yang rutin dan fokus konsentrasi yang tinggi. Banyak trik yang bisa dilakukan, di antaranya chest bounce, butt bounce, track stand, threesixty, backflip, dan frontflip.
Seiring dengan semakin banyaknya minat terhadap olahraga ekstrem ini, tidak hanya di kota Bandung dan Jakarta saja, di kota-kota lainnya, seperti Purwokerto, Yogyakarta, Bali, bahkan Bontang, komunitas-komunitas slackline ini mulai menjamur.
Untuk memulai menggeluti olahraga ini, tidak ada persyaratan khusus yang harus dimiliki para pemula. Cukup rutin berlatih dan jangan pantang menyerah.
Baca Juga: 6 Ide Aktivitas Saat Berkemah, Olahraga Termasuk?
Apa Saja Jenis-Jenis Kegiatan Slackline?
Sampai saat ini, kegiatan slackline sudah semakin berkembang hingga menjadi beberapa kategori, yaitu:
Trickline
Kategori yang menitikberatkan pada trik gerakan dan koreografi di atas tali sesuai kreativitas dan kemampuan seseorang. Biasanya dilakukan di ketinggian 60-100 cm di atas tanah dengan alas matras sebagai pengaman.
Waterline
Meniti tali di atas air, seperti kolam renang, sungai, atau danau. Kegiatan ini memiliki tingkat kesulitan paling tinggi sebelum highline. Karena konsentrasi sering terpecah dengan gelombang air sehingga memerlukan fokus yang tinggi dalam melakukannya.
Highline
Meniti tali yang dipasang di antara dua jangkar pada ketinggian minimal 12 meter di atas tanah dan biasanya sering dilakukan di antara tebing alam atau gedung tinggi. Untuk melakukan ini, diwajibkan untuk menggunakan peralatan safety khusus kegiatan highline.
Ingin Mencoba Slackline? Ayo, Ikuti Tipsnya di Bawah!
Slackline merupakan salah satu olahraga ekstrem yang patut dicoba para pecandu adrenalin. Keberanian kamu akan diuji saat menapaki tali yang terpasang di atas tempat tinggi.
Apa sajakah hal yang harus dipersiapkan orang yang baru mencoba slackline untuk kali pertama? Berikut adalah tips melakukan slackline bagi para pemula.
Awali dengan pemanasan
Sebelum memulai kegiatan slackline, disarankan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu agar seluruh badan tidak terasa kaku dan kram ketika berjalan di atas tali.
Mulai latihan di tali berketinggian rendah
Perhatikan jarak tali dengan tanah, karena untuk pemula sebaiknya tidak mencoba kegiatan ini dengan jarak yang terlalu tinggi.
Mulai latihan berdiri di atas tali
Latihan ini dimaksudkan agar kamu bisa mengatur keseimbangan selama berdiri di atas tali. Apabila sudah terbiasa, kamu tentu dapat berjalan hingga sampai ke ujung tali dengan mudah.
Latihan ini cukup dengan diam dan berdiri di atas tali selama 5-10 menit. Jika diterapkan secara rutin, kamu akan terbiasa bertumpu dan menyeimbangkan tubuh pada tali.
Tenang dan rileks
Faktor yang satu ini juga tak boleh diremehkan oleh para pemula. Saat melakukan slackline, kamu dianjurkan tetap bersikap tenang dan rileks.
Sikap ini tentu akan memudahkan kamu untuk memusatkan konsentrasi penuh di atas tali. Dengan begitu, kamu bisa menjaga keseimbangan hingga tiba di ujung.
Eigerian yang ingin mencoba kegiatan slackline, jangan lupa bekali ilmunya, mulailah mencoba, dan teruslah berlatih, ya Eigerian. Ayo, lengkapi seluruh perlengkapan dan peralatan untuk berkegiatan di outdoor menggunakan produk-produk EIGER! Kunjungi eigeradventure.com atau kunjungi EIGER Adventure Store terdekat di kotamu.