Semakin modernya teknologi di era sekarang menawarkan banyak kemudahan dan kepraktisan untuk manusia. Namun, hal ini juga membawa semakin banyak polusi visual, baik secara digital atau di dunia nyata.
Mungkin tidak sedikit Eigerian yang sudah merasakan adanya gangguan visual di beberapa titik di sekitar tempat tinggalnya. Pada dasarnya, jenis polusi ini merupakan hal serius untuk disikapi mengingat dampaknya yang juga cukup signifikan.
Di perkotaan, kamu bisa mencoba keluar ke area jalan utama, atau bahkan jalan kecil di perkampungan. Banyaknya spanduk, neon box, banner, atau ‘sampah’ lain senantiasa hadir dan mengganggu. Maka mari telusuri lebih jauh tentang sampah visual ini, dan pahami dampaknya supaya kita bisa mulai bertindak secara nyata mengurangi efek buruk dari hal tersebut.
Baca Juga: Kenali Manfaat Green Living dan Tips Mudah Penerapannya
Mengenal Apa Itu Polusi Visual
Secara umum, polusi visual bisa diartikan sebagai segala bentuk gangguan visual yang tidak diinginkan dan mengganggu estetika lingkungan. Lebih lanjut, sampah jenis ini jumlahnya tidak sedikit dengan jenis yang juga beragam.
Beberapa contoh paling jelas mungkin adalah baliho besar, spanduk, graffiti ilegal, iklan komersial yang tidak pada tempatnya, banner calon legislatif atau sejenisnya, hingga sisa event atau acara yang telah berlalu namun masih belum diturunkan dari tempatnya.
Tidak hanya itu, polusi visual juga bisa merujuk pada kabel yang tidak tertata dengan baik, infrastruktur yang tidak beraturan, pembangunan tidak terkendali, dan masih banyak lagi.
Pada dasarnya semua hal yang tidak berada pada tempatnya dan merusak estetika lingkungan secara umum.
Dampak Polusi Visual Terhadap Kesehatan Mental
Secara langsung jelas polusi jenis ini mengganggu pandangan mata masyarakat yang hidup di sekitarnya. Namun terkadang polusi ini tidak dihiraukan karena dianggap hal yang biasa. Tanpa disadari, terdapat dampak pada kesehatan mental yang sebenarnya signifikan, dan penting untuk diperhatikan.
1. Meningkatkan Stres dan Kecemasan
Polusi visual yang tersebar di hampir setiap tempat tanpa disadari menjadi rangsangan pada otak. Banyaknya stimulus ini membuat otak menjadi sulit memproses informasi secara efektif, sehingga kerjanya akan terganggu.
Hal ini sendiri disebutkan dalam studi berjudul A STUDY OF VISUAL POLLUTION AND ITS EFFECT ON MENTAL HEALTH oleh Sudipta Banerjee. Polusi jenis ini dapat membuat otak mendapatkan stimulasi yang terlalu banyak sehingga merusak jam kerja dan mekanisme yang idealnya berjalan dengan normal, dengan jam istirahat dan jam aktif yang jelas.
2. Mengganggu Konsentrasi dan Produktivitas
Polusi visual yang berasal dari iklan atau upaya pemasaran jelas ditujukan agar menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Bayangkan jika benda seperti ini berceceran di jalan, di ruangan, dan di setiap sudut kota, apa jadinya dengan konsentrasi dan produktivitas?
Seseorang yang perhatiannya terganggu secara terus menerus akan memiliki konsentrasi yang lebih rendah, sehingga berdampak pada penurunan produktivitasnya secara signifikan dari waktu ke waktu. Untuk contohnya sendiri dapat dilihat di berbagai tempat dan konteks, mulai dari anak sekolah hingga kaum pekerja.
3. Menurunkan Kualitas Hidup
Munculnya perasaan tidak nyaman karena terus menerus terpapar polusi visual juga akan berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup. Rasa nikmat dan bahagia yang muncul semakin sedikit kadarnya, sehingga seseorang sulit merasakan kebahagiaan yang menenangkan.
Selain itu seseorang yang sudah ‘terbiasa’ dengan polusi visual juga akan memiliki perasaan tidak nyaman yang tidak jelas penyebabnya, karena efek yang muncul menumpuk terlalu lama dan menjadi terlalu kompleks.
Dari Sisi Lingkungan, Berikut Beberapa Dampak Polusi Visual
Serupa dengan poin pertama tadi yang membahas mengenai dampak dari polusi visual pada kesehatan mental, pada bagian kedua ini juga terdapat tiga efek besar yang muncul bagi lingkungan.
Penjelasan singkat ketiganya adalah sebagai berikut.
1. Rusaknya Estetika Lingkungan
Estetika lingkungan akan terganggu karena keberadaan polusi visual ini. Apalagi jika kemudian polusi visual muncul pada titik-titik strategis yang sebenarnya menonjolkan estetika, baik alam atau pemandangan kota yang dengan sengaja atau tidak memiliki nilai keindahan.
Pada salah satu artikel di aceh.tribunnews.com, Banda Aceh disebut sebagai salah satu kota yang mengalami polusi visual cukup besar. Artikel yang ditulis pada tahun 2023 lalu menyatakan jalan-jalan protokol yang ada di daerah tersebut sudah berisi banyak spanduk, billboard, papan nama toko atau perusahaan, hingga poster dengan berbagai ukuran.
Jelas, hal ini mengurangi keindahan Banda Aceh yang memiliki nama besar tidak hanya di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara.
2. Mempengaruhi Perilaku Satwa yang Ada
Perilaku satwa yang ada di alam, khususnya di perkotaan, mengalami perubahan yang juga tidak berdampak baik. Seperti manusia, hewan juga memiliki jam biologisnya masing-masing, yang menggunakan acuan siang hari dan malam hari sebagai waktu beraktivitasnya.
Polusi visual, yang sering kali menggunakan lampu berdaya besar atau display yang megah, menghasilkan cahaya buatan yang mengganggu jam biologis hewan-hewan. Hewan nokturnal akan mengalami kebingungan, serupa dengan apa yang dialami hewan yang aktif pada siang hari.
Jelas, secara tidak langsung akan pola hidup yang mereka miliki akan terganggu, dan bukan tidak mungkin mengalami gangguan pula pada perkembangbiakannya.
3. Kontribusi pada Perubahan Iklim yang Terjadi
Meski skalanya belum dapat dipastikan, namun produksi dan pemasangan materi media yang berlebihan akan membawa efek buruk pada emisi karbon yang ditimbulkan. Apa yang terjadi ketika emisi karbon terus meningkat? Hasilnya adalah pemanasan global dan perubahan iklim yang sekarang kita rasakan.
Sekali lagi, meski jumlah emisi karbonnya belum dapat dipetakan dengan detail, namun terdapat sekian persen emisi yang berasal dari kegiatan yang menghasilkan polusi visual ini.
Lalu Apa Solusi yang Dapat Dilakukan?
Dari beberapa masalah yang muncul karena sampah dan polusi visual di atas, setidaknya ada tiga solusi yang dapat diusahakan. Ketiganya terkait dengan solusi dari sisi pemerintah dan masyarakat secara umum.
Pertama terkait dengan peraturan dan kebijakan yang lebih ketat terkait benda atau hal yang dapat menjadi polusivisual. Masyarakat dapat mendesak pemerintah untuk membuat peraturan lebih baik supaya pemasangan iklan dan media luar ruang yang sifatnya penyebaran informasi dapat dikelola dengan lebih rapi dan bijak. Beberapa kota yang akhirnya dapat memiliki kebijakan lebih baik terkait hal ini adalah Sao Paulo, kemudian Beijing, dan lainnya. Perlahan tapi pasti, kebijakan dan pemerintahnya telah mengambil langkah progresif untuk mengatasi hal ini.
Kedua, peningkatan kesadaran masyarakat. Masyarakat, termasuk kamu yang membaca artikel ini, harus semakin disadarkan akan bahaya banyaknya polusi visual. Selain berdampak pada mental, hal ini juga bisa berdampak pada pola konsumsi, bahkan hingga mengganggu ekosistem yang ada untuk makhluk hidup lain. Inisiatif yang bisa ditiru sebenarnya cukup sederhana, yakni menyediakan lokasi khusus untuk memasang berbagai jenis media luar ruang, kemudian melepas banner atau spanduk setelah momentumnya selesai, atau bahkan memberikan masa pemasangan dan denda pada keterlambatan pelepasan berbagai atribut terkait.
Ketiga, menerapkan desain perkotaan yang lebih ramah lingkungan. Hal ini memang bersifat makro, namun jika ada tekanan dan inisiatif dari masyarakat hal ini dapat terwujud. Tidak hanya akan meningkatkan estetika kota atau daerah, keberlangsungan lingkungan juga akan lebih terjamin. Untuk contohnya sendiri bisa merujuk pada Copenhagen, kemudian Amsterdam, Dusseldorf, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Get Back, 8+ Cara Menjaga Berat Badan Ideal Setelah PuasaÂ
Polusi visual harus mulai dianggap sebagai masalah yang serius, karena jika tidak pembangunan yang terjadi serta aktivitas manusia akan semakin dipadati oleh gangguan ini. Tidak hanya itu, perubahan secara signifikan akan muncul, sehingga membuat tatanan yang ada tidak lagi dapat dijalankan dengan baik.
Demi kebaikan manusia, ekosistem alam, dan kota tempat manusia itu tinggal, perubahan harus dilakukan. Hal kecil yang dapat memulai langkah progresif jelas adalah pada penertiban banner atau media-media yang digunakan untuk mempromosikan bisnis, kemudian dapat dilanjutkan dengan penataan kabel-kabel yang mulai tidak beraturan. Pemindahan kabel dari tiang listrik ke bawah tanah dapat menjadi solusi untuk hal ini, meski akan memerlukan waktu untuk penerapannya.
Sebagai seorang yang sadar benar akan pentingnya keberlangsungan lingkungan, Eigerian hendaknya juga melakukan langkah aktif, baik dengan menyuarakan perubahan atau membuat perubahan itu sendiri. Demi masyarakat yang menerapkan pola kehidupan berkelanjutan, perubahan kecil dapat dilakukan sesegera mungkin untuk dunia yang lebih baik!