HomeTulisan EigerianTapak Jejak Argopuro

Tapak Jejak Argopuro

Ada beberapa mimpi yang memang harus diwujudkan, entah lewat doa maupun lewat rencana, semoga saja berakhir dengan kisah nyata. Berikut ini ada kisah dari salah satu Eigerian yang melakukan perjalanan ke Gunung Argopuro.

Pertemuan Baru Setelah Berpisah

Kalau kata orang setiap pertemuan akan menghasilkan perpisahan. Mereka lupa kalau hasil dari pertemuan adalah menghasilkan pertemuan yang baru setelah berpisah.

Inilah hasil dari pertemuan sebelumnya, rama, david , mardian, Iqbal adalah kawan yang ketemu di trip rinjani tahun lalu.  Sebenarnya mardian lah yang membuat pertemuan ini terjalin kembali. Dia membuat ekspedition of heaven. Sebuah ekspedisi yang mencakup 4 gunung, mulai dari (Argopuro, Ijen, Agung dan Rinjani). tapi fokus kami hanya naik argopuro saja. 

Argopuro Jadi Pilihan

Tepat awal bulan terbentuklah group trip Argopuro, yang sudah sepakat naik awal agustus dengan titik kumpul terminal bungurasih (terminal purabya).

Pada tanggal 1 Agustus saya berangkat sendirian dari jepara, menaiki bus patas dengan jurusan jepara-surabaya dikenakan tarif 135rb udah include makan sekali. dan setibanya di bungurasih pada  tanggal 2 agustus ,jam 2 dini hari.

Saya bertemu beberapa kawan baru, ada awan, seorang bapack bapack funy dari Ciweday. Kemudian yang juga menjadi donatur kaos untuk ekspedisi ini. Ada bima yang merupakan kawan iqbal yang punya setengah darah jogjakarta. Lalu ada anand sama werdy yang kemana mana selalu bersama dan yang terakhir Tasya, satu satunya cewe yang ikut trip Argopuro ini.

Sekitar jam 09.40 bis berangkat dengan jurusan surabaya-banyuwangi dengan tarif 50 rb rupiah untuk kami yang turun di terminal besuki, 

Kami sampai di terminal besuki sekitar jam 3 sore, kami makan dulu. Kemudian menyarter travel guna mengantar kami sampai BC bederan, dengan biaya per orang 40 rb. tepat jam 7 malam kita sampai BC bederan lalu istirahat untuk kesehatan kita besok.

Pagi tiba dan kami pun bersiap siap berangkat, Iqbal pamit tidak ikut mendaki,setelah mendapat kabar kalau ibunya sakit.

Waduh sayang banget ya, padahal dia udah jauh jauh dari jakarta ke probolinggo pake motor. Biar bagaimanapun keluarga tetap yang utama (semoga selalu diberi kesehatan amin) see you bal semoga next time bisa ketemu lagi. Kami menggunakan jasa ojek untuk sampai ke mata air 1 dengan biaya 120 rb, cukup worth it lah soalnya kalau jalan kaki bisa satu hari itu.

Perjalanan ke Argopuro Dimulai

Setelah semuanya kumpul kami mulai mengisi air dan memulai perjalanan di trip argopuro. jalanya cukup menanjak tapi tidak terlalu curam.  Jalurnya pohon pohon kering yang daunya hanya beberapa saja. Setelah berjalan beberapa langkah sampai di pos pengawasan dataran tinggi yang, kami pun beristirahat sejenak sambil berbincang. Berbincang dengan salah satu pengawal di kawasan ini. Bertanya mengenai kondisi medan serta bagaimana flora dan fauna di argopuro ini. Beliau bertutur kalau agustus adalah musim kawin merak,  dan cikasur adalah spot favorit merak. semoga dapat melihat merak amin. 

dan kamipun melanjutkan perjalanan tak terasa waktu menunjukan jam 12 siang, biar bagaimanapun etikanya kalau sudah waktu dhuhur harus istirahat, agar terhindar dari balak. setelah itu kami berjalan sampai pos mata air 2, karena persediaan air masih banyak kami terus berjalan menuju alun alun kecil, kemudian kami makan perbekalan dari bc.

kemudian lanjut berjalan menuju alun alun besar- melewati semak semak dan beberapa pohon cemara yang menghiasi di sepanjang perjalanan. sampai juga di alun alun besar , istirahat sesaat lanjut lagi untuk camp di cikasur.

kami bermalam di cikasur, masak selada air dibuat pecel.

semalam tenda yang di isi bima, david sama werdy  di sruduk babi yang membuat

lubang baru di tenda, hadehh mana hari pertama lagi. yaudah pikir nanti saja. mari sejenak menikmati sunrise di cikasur, indah sekali, padang sabana yang membentang luas kemudian muncul mentari dari ufuk timur, yang sejenak membuat lupa tentang apa yang terjadi semalam.

saat matahari sudah mulai naik kami berlanjut melanjutkan perjalanan dari cikasur menuju cisentur, yang kalau jalan normal sekitar 4-5 jam man.

dari sabana yang luas memasuki semak belukar yang sesekali tumbuh pohon. hingga menuruni tebing tebing dan sampai juga di cisentur.

kami masak lalu mendirikan tenda. didekat shelter. sebuah gubuk yang berfungsi untuk beristirahat para pendaki, tapi ingat kalau tidak boleh mendirikan tenda di shelter ya.

Lambang dari Semangat yang Terus Membara dan Tetap Ada

Menjelang sore kami mengumpulkan kayu untuk dibuat api unggun. Kami berkumpul didekat api unggun, berbincang perihal apa yang tak pasti dihadapi. sesekali melihat bintang yang tampak indah, milkuway kata orang.

Api yang terus menyala ini merupakan lambang dari semangat yang terus membara dan tetap ada. Perlu kita ketahui bahwa kesuksesan bukanlah sesuatu hal yang instan dan mudah. Banyak rintangan yang membentang dan gangguan yang datang.

Pagi tiba, setelah makan, kami bersiap siap menuju sabana lonceng yang jaraknya cukup jauh. Memakan waktu sekitar 6 jam berjalan santai.  

Setelah berjalan kami sampai di rawa embik, sumber mata air terakhir. Sebelum dananu taman hidup, kita disini dihimbau untuk membawa air sebanyak banyaknya. Ini karena jarak dari sabana lonceng ke taman hidup lumayan jauh.

Kami kembali berjalan melewati lereng dengan ditumbhui bunga eidelweis yang mulai mekar. melewati jembatan pohon sirotol mustaqim, hingga tibak akhirnya di sabana lonceng. 

setelah tiba seperti biasa kami mengumpulkan kayu bakar mendirikan tenda, dan tidur dalam keheningan malam. paginya kami bersiap sumit yang kesiangan ke puncak rengganis dengan jarak tempuh waktu sekitar 30 menit jalan santai tanpa carrier. setelah sampai dipuncak kami foto foto sebentar lalu kembali turun untuk menuju puncak argopuro lalu tembus ke danau taman hidup.

Sampai di Puncak Argopuro

Akhirnya sampai juga di puncak Argopuro, saya merenung untuk apa sih saya berjalan sejauh ini, berhari-hari jauh dari rumah, jauh dari sinyal, kepada siapa sih aku membuktikan? bukankah kita hidup ini bukan untuk berlomba?

tak akan ada jawabanya.

Sambil merenung saya akhirnya turun bersama teman teman, menuju taman hidup, yang jarak tempuhnya 4 jam dari puncak. kami melewati puncak hyang tempat yang cukup sakral, kemudian kami bergegas turun, kami istirahat sebentar di cemoro limo, bertemu dengan pendaki asal pasuruan yang naik dari bremi, teryata jarak dari cemoro limo ke taman hidup masih jauh, hadehhh mau gamau harus terus berjalan, air kami sudah habis, bibir kami sudah kering raga kami sudah mulai letih, pandangan sudah mulai buram hanya terlihat dua dimensi apa yang di depan mata, jalan jalan itu yang ada dipikiran kami. sempat hampir menyerah dan tidur saja di jalur tapi saya sadar, itu berarti bunuh diri.

Sampai di Taman Hidup

Setelah dikoyak koyak jalur, akhirnya sampe juga di taman hidup, alhamdulillah masih diberi keselamatan. saya langsung minum air danau, tak peduli sekotor apapun danau tetap saya minum.

Setelah itu kawan kawan yang tertinggal datang, saya langsung masak kawan kawan mendirikan tenda, serta ikut ngobrol tenda sebelah, tak terdokumentasi kan karena hpnya mati wkwkwk.

Main kartu sama saipul dari pasuruan sampai ngobrol sebentar sama rombongan dari Malang, yang nyambung gojekannya karena sama sama pake bahasa Jawa wkwk, lalu tidur di keheningan malam. 

Tak terasa pagi tiba, mentari perlahan muncul indah sekali melihat sunrise di taman hidup, diantara awan awan yang membawa pesan untuk segera sadar bahwasanya hidup harus terus berjalan.

Memang sih people come and go, justru itulah roda kehidupan berjalan, tergantung dari sudut pandang mana kita berpihak. Terkadang hidup harus mempertaruhkan apa yang kita punya untuk tau seperti apa jawabanya, entah menang atau kalah yang penting sudah mencoba. itu lebih baik daripada diam diri dirumah.

Kawan kawan mulai bangun, seperti biasa tugas saya memasak nasi dan lauknya dibantu tacha dalam mengelola sisa logistik yang ada. Kami masak tumis sayur jamur ditambah cireng, untuk rombongan mas mas surabaya terimakasih untuk sayur dan jamurnya, kami jadi bisa makan enak di hari terakhir camp.

Mungkin sifat turunan dari bapak yang membuatku mudah berbaur dengan orang lain. Tak peduli dari mana yang jelas kita sama sama disini untuk melepas penat dari keruwetan hiruk piruk kota.

Perjalanan Pulang

Kemudian selepas makan kami turun, beberapa kawan ada yang ngojek, tapi saya lebih memilih berjalan, demi menghemat pengeluaran uang wkwkwkk.

Akhirnya sampe juga di desa bremi menginap semalam di rumah bapak arifin sambil menikmati suasana desa bremi. Kami berpisah dengan mardian, bang awan sama bule yang mau melanjutkan ke rinjani. Sekitar jam 4 sore kami berangkat menuju ke surabaya untuk pulang. Lalu di surabaya kami tiba pukul 11 malam, kami berpisah dengan anand dan taca. Mereka nginep di rumah temen nya sedangkan kam disam but Sulton.

Kawan lama kami saat mendaki gunung Rinjani tahun lalu. kami menginap di rumahnya, sambil menikmati kuliner surabaya. Menjelang siang kawan kawan dari barat pulang, kami berjalan menuju stasiun pasar turi dan berpamitan, tinggal menyisakan saya. oh gini ya rasanya kembali ke rutinitas masing masing. itu rasanya kayak ada yang hilang tapi emang harus dilakukan. Kita tidak bisa selalu bersama terus terusan. pada akhirnya kita harus memilih sebuah pilihan yang menurut kita benar.

dan pulang adalah pilihan saat petualangan di ujung batas.

sebelum pulang saya menemui kawan saya angga temen smp yang masih ada ikatan saudara dengan saya. Kembali bertemu temen temen smp dulu lalu paginya pulang ke jepara. untuk kembali ke rutinitas yang masih gini gini aja.

sampai jumpa di petualangan selanjutnya, salam hangat Robert.

Tentang Penulis:

Septiar Robert, eigerian asal Jepara. Baginya hidup adalah sebuah perjalanan, dari titik satu ke titik yang lain. Ikuti Septiar melalui lama sosial medianya di instagram @Septiarrobert

Tentang Program Tulisan Eigerian:

Cerita Eigerian adalah salah satu rubrik dalam program Tulisan Eigerian. Program Tulisan Eigerian adalah program yang membuka kesempatan bagi para penulis dan petualang untuk menjadi kontributor di Blog EIGER. Kontributor dapat berbagi karya, cerita, tips, ataupun review produk EIGER. Program ini terbuka untuk umum dan memiliki syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para kontributor. Yuk salurkan bakat dan bagikan semangat petualangan melalui tulisan-tulisan yang bermakna sekarang juga, ada reward bagi kontributor yang tulisannya ditayangkan! Cek syarat dan katentuannya untuk menjadi kontributor Blog EIGER di sini atau langsung kirim artikelmu melalui form ini.


RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments

Rensi Gabrilla Renanda Aan Claudia on Daftar Menu Makanan dan Cara Tepat Mengolahnya Saat Mendaki
Syamsul Alam Habibie Sahabu on Promo 2.2 Seru Belanja Outfit Riding Terbaru
Rensi Gabrilla Renanda Aan Claudia on Promo 2.2 Seru Belanja Outfit Riding Terbaru
Rensi Gabrilla Renanda Aan Claudia on Promo 2.2 Seru Belanja Outfit Riding Terbaru