Para pendaki seringkali menghadapi situasi yang cukup sulit, terutama bila ada keinginan untuk buang air besar saat berada di gunung.
Namun, buang air besar (BAB) atau kecil (BAK) di gunung sebenarnya tak jauh berbeda dengan kebiasaan yang kita lakukan di rumah. Menurut Galih Donikara, salah satu anggota dari EIGER Adventure Service Team (EAST), hal ini bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan, jadi jangan sampai ditahan-tahan.
Kalau perut kamu merasa mulas, kamu bisa BAB di gunung tanpa perlu menampungnya, menahan, atau sampai turun ke basecamp. Kamu hanya perlu mencari tempat yang aman dan tersembunyi, serta tentunya dengan tata cara BAB yang benar.
Lantas, bagaimana cara BAB di alam bebas agar tetap sopan dan beradab? Sebelumnya, Eigerian harus ketahui dulu perlengkapan apa saja yang dibutuhkan untuk BAB di gunung.
Perlengkapan yang Perlu Dibawa Saat BAB di Gunung
Berikut ini adalah beberapa perlengkapan yang bisa kamu bawa saat BAB di gunung:
1. Sekop khusus yang bisa digunakan untuk menggali
2. Tisu kering. Hindari untuk menggunakan tisu basah karena tisu jenis ini susah terurai.
3. Bawa bidet portable dan air untuk membilas
4. Senter atau headlamp untuk BAB di malam hari
5. Peluit dan peralatan self defense, terutama saat BAB di gunung dengan hewan liar yang kerap lalu lalang
7 Tips BAB di Gunung yang Aman dan Nyaman
Untuk BAB di gunung, kamu tidak boleh sembarangan dalam memilih tempat. Tujuannya agar tidak mengganggu pendaki lainnya yang lewat, serta untuk menghindari bertemu dengan hewan liar.
Berikut ini 6 tips buang air besar yang sebaiknya diperhatikan selama berada di gunung:
1. Menghindari jalur pendakian dan lokasi camping
Carilah lokasi yang lumayan tersembunyi, serta jauh dari jalan utama yang biasanya dilewati para pendaki dan lokasi camping. Jarak amannya adalah 30 meter dari area camping.
2. Hindari aliran air sungai agar tidak tercemar
Baik itu air tenang seperti danau ataupun aliran sungai. Sumber air tetap merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, jadi jangan cemari dengan membuang kotoran di sana.
3. Survei lokasi dan pastikan aman
Pastikan lokasi yang dipilih tertutup rimbun semak-semak atau pepohonan agar tidak mudah terlihat orang lain. Selain itu, pastikan cukup aman, baik dari ancaman binatang, tumbuhan berduri, jurang ataupun longsor tanah.
4. Buatlah sebuah galian dan tutup kembali setelah buang air
Pendaki mesti memperhatikan soal menggali lubang untuk BAB. Usahakan kedalaman lubang mencapai sekitar 10-15 cm. Jarak itulah standar aman dalam membuang limbah kotoran manusia.
5. Lubang tertutup rapat dan tidak ada celah
JIka perlu padatkan lubang galian yang kamu buat dengan cara menginjaknya dengan kaki agar lebih tertutup rapat.
6. Ajaklah salah satu teman untuk menemani
Beritahukanlah teman jika hendak BAB dan ajaklah satunya untuk menemani, terlebih saat malam hari. Jika terjadi suatu hal yang tak terduga, maka temanlah yang akan pertama kali menolong.
7. Beri tanda pada tempat BAB
Setelah menutup lubang, jangan lupa berikan tanda pada tempat kamu BAB, ya Eigerian. Kamu bisa gunakan ranting ataupun dedaunan.
8. Jangan lupa cuci tangan setelah buang air
Setelah semuanya selesai, pastikan kamu mencuci tangan sampai bersih, ya Eigerian.
Jika sudah memenuhi standar, kotoran yang dibuang tidak akan berbau dan mencemari lingkungan. Kotoran ini nantinya akan terdegradasi dengan alami oleh bakteri-bakteri yang terkandung di dalam tanah.
Cara Menghindari BAB di Gunung? Berikut Tipsnya!
1. Hindari makan pedas dan asam
Sudah jadi rahasia umum kalau makanan asam dan pedas dapat membuat lambung dan usus bermasalah. Terlebih yang punya lambung sensitif. Pilihlah makanan yang bergizi dengan kandungan karbohidrat, protein, dan lemak yang seimbang.
2. Jangan minum bersoda saat naik gunung
Tahukah kamu, kalau minuman bersoda akan memasok banyak gas di dalam perut dan ususmu? Semakin banyak gas yang masuk ke dalam perut, maka semakin mudah membuat perut kembung.
3. Berhenti makan sebelum kenyang
Ingat Eigerian, jangan makan terlalu banyak, terlebih makanan berat. Makanan berat akan membuat lambung dan usus bekerja lebih berat dan daya dorong yang dihasilkan akan membuat kotoran lama di usus besar dipaksa secepat mungkin keluar.
4. Saat istirahat cari posisi tubuh yang tepat
Ternyata posisi tubuh pendaki saat istirahat mempengaruhi kemunculan gejala BAB. Misalnya, posisi jongkok, duduk dengan posisi kaki ditekuk, mengangkat kaki ke batu, dan lainnya.
Posisi-posisi tersebut membuat otot perut memberikan tekanan kuat ke usus besar. Posisi tersebut juga membuat otot anus melemah, akibatnya keinginan untuk BAB pun semakin terasa.
5. Atur manajemen BAB tubuh
Tips yang terakhir adalah biohacking. Jadi, kamu memaksa tubuh kamu untuk mengubah frekuensi dan waktu BAB. Caranya, ubahlah pola makan, jam tidur, dan melatih ketenangan diri. Target pertama adalah mengubah frekuensi BAB dari satu kali sehari menjadi 2-3 kali seminggu.
Baca Juga: Sering Terlupakan, Begini Cara Merawat Hammock agar Tetap Awet
Lengkapi peralatan outdoor kamu dari EIGER Mountaineering!
Nah, setelah mengetahui tips di atas, Eigerian tidak perlu lagi bingung tentang cara BAB di gunung, kan?
Selain itu, kamu juga bisa lengkapi kebutuhan perlengkapan dan peralatan untuk mendaki, mulai dari apparel, footwear, ransel, tenda, sampai peralatan untuk BAB, seperti flysheet, sekop, bidet portable, atau multi hut tent yang bisa kamu dapatkan di eigeradventure.com dan EIGER Adven