Eigerian, kamu salah satu penyuka panjat tebing? Panjat tebing atau rock climbing sendiri merupakan salah satu olahraga alam bebas yang harus dilakukan dengan peralatan dan teknik-teknik tertentu. Lantas, bagaimana sejarah panjat tebing Indonesia? Yuk simak lewat artikel berikut ini!
Umumnya, panjat tebing dilakukan di daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan tingkat kesulitan tertentu. Kala itu, panjat tebing dilakukan oleh para tentara untuk mencapai tebing-tebing dengan ketinggian tertentu menggunakan peralatan bantuan dalam rangka menaklukkan gunung-gunung es dengan mengusung kebanggaan negara yang diwakili. Peralatan yang digunakan, yaitu tali tebal, cincin kait (carabiner), dan paku tebing (pyton) yang terbuat dari baja.
Lantas, bagaimana sejarah singkat panjat tebing Indonesia?
Sejarah Panjat Tebing Indonesia
Perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai sekitar tahun 1960 di Tebing Citatah, Bandung. Kala itu, Tebing Citatah dipakai sebagai alat latihan oleh pasukan TNI AD.
Panjat tebing modern di Indonesia sendiri dimulai pada tahun 1976 ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah, Bandung. Perkembangan panjat tebing modern ini berlanjut dengan didirikannya SKYGERS “Amateur Rock Climbing Group” bersama tiga orang rekannya.
Mereka adalah Harry Suliztiarto, Heri Hermanu, Dedy Hikmat, dan Agus R. tepatnya pada 1977. Kemudian, pada tahun 1979 Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta sebagai upaya mempublikasikan olahraga panjat tebing di Indonesia.
Pada tahun 1980, Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat pertama kali dipanjat oleh tim ITB dan pada tahun yang sama Wanadri menjadi tim Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke Carstensz “Pyramid”. Saat itu, mereka berhasil mencapai Puncak Jaya dan Carstensz Timur.
Ekspedisi Indonesia
Berlanjut pada tahun 1981, diadakan dua ekspedisi Indonesia sekaligus di Dinding Selatan Cartensz. Dua ekspedisi tersebut yaitu Mapala UI dan ITB. Terdapat salah satu Tim Mapala UI, Hartono Basuki yang gugur di sini. Ia adalah korban pertama di Carstensz.
Lalu, Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana untuk mengikuti pendaki gunung di Glenmore Lodge, Skotlandia dan dilanjutkan pendakian ke Matterhorn, Swiss.
Pada tahun 1982, Jayagiri mengirimkan Irwanto ke sekolah pendakian ISM di Swiss dan dilanjutkan ekspedisi bersama empat orang ke Monte Rosa, Mont Blanc, dan Matterhorn. Lalu, dua ekspedisi ke Carstenz, yaitu Wanadri dan Pantaga Jakarta. Ahmad, anggota dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah. Ia adalah korban pertama panjat tebing Indonesia.
Pada tahun 1984, Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur dan Pantai Uluwatu, Bali dipanjat oleh Skygers dan Gabungan Anak Petualang dari Surabaya.
Kemudian pada tahun 1985, Tim Ekspedisi Anak Nakal melakukan pemanjatan ke Tebing Sorelo. Satu tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1986, kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di Sulawesi Selatan. Kala itu, Kelompok Unit Kenal Lingkungan Universitas Padjadjaran melakukan pemanjatan ke Gunung Lanang, Jawa Timur. Sementara itu, Tim Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di Bendungan Sigura-gura, Sumatera Utara.
Tepatnya pada tahun 1987, terdapat tiga peristiwa pemanjatan, seperti Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan di Tebing Unta, Kalimantan Barat, Kelompok Trupala melakukan pemanjatan Tebing Gajah, Jawa Timur, dan Skygers melakukan pemanjatan di Tebing Sepikul, Jawa Timur.
Pada tahun 1988, terdapat lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama kali dilaksanakan, yaitu di Tebing Pantai Jumbaran, Bali. Lalu, Kantor Menpora bekerjasama dengan Kedutaan Besar Prancis dan mengundang empat pemanjat mereka untuk memperkenalkan dinding panjat dan memberikan kursus pemanjatan.
Terbentuklah Federasi Panjat Gunung
Pada akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia (FPTGI) yang dikepalai oleh Harry Suliztiarto. Pada tahun yang sama, Lomba Panjat Dinding atau Tebing Buatan pertama kali dilaksanakan di Indonesia dan Tim Puteri Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing di Tower III, Tebing Parang, Jawa Barat.
Sementara kelompok putranya, memanjat Tebing Gunung Kembar di Citereup, Bogor. Pada tahun 1988, pertama kali diperkenalkan dinding panjat di Indonesia. Kala itu, ada empat atlet pemanjat Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes Prancis di Jakarta.
Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto melakukan panjat kebut pertama yang dilakukan di Tower I Tebing Parang, Indonesia, pemanjat tebing besar pertama yang dilakukan tanpa menggunakan alat pengaman dalam waktu empat jam.
Pada tahun sama, dilakukan ekspedisi Jayagiri Speed Climbing di El Capitan di Yosemite yang membutuhkan waktu selama dua hari pemanjatan. Sayangnya, pemanjatan ini menjadi penyebab kegagalan dalam memenuhi target pemanjatan 4,5 jam. Dalam hal ini, Sandy dan Jati menyelesaikan waktu pemanjatan dalam 10,5 jam.
Pada tahun yang sama pula, Tim Jayagiri Speed Climbing gagal mencapai waktu dua hari pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Prancis dan mulur menjadi lima hari pemanjatan. Pada tahun 1989, Sandy Febrianto meninggal karena terjatuh di Tebing Pawon Citatah.
Selain Sandy ada pula Yanto Martogi Sitanggang yang meninggal di Batu Unta, Kalimantan Barat. Pada tahun 1990, diadakan Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) yang digelar di Jakarta dengan dinding panjat pertama yang berketinggian 15 meter dan dibangun empat sisi.
Mengirimkan Atlet Panjat Tebing Pertama
Satu tahun berikutnya, pada tahun 1991 untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan atlet panjat tebing ke kejuaraan di luar negeri, yaitu Ocenia Cup di Australia. Dari empat atlet yang dikirim, hanya Andreas SM dan Deden Sutisna yang menerima peringkat ke-4 dan 5.
Dengan adanya keikutsertaan ini, panjat tebing internasional menyadari bahwa Indonesia sudah memiliki atlet panjat tebing. Pada tahun yang sama, FPTI mengeluarkan Peraturan Lomba Panjat Tebing Buatan untuk pertama kalinya. Berlanjut pada tahun 1992, diselenggarakan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Panjat Tebing I yang diadakan di Padang dan juara umum digondol oleh kontingen DKI Jaya. Setelah Kejurnas, para pemanjat mengikuti panjat bareng di Lembah Harau dan menghasilkan beberapa jalur baru. Pada tahun 1993, diadakan Kejurnas II yang dilaksanakan di Bengkulu dan Sumatera Barat memboyong juara umumnya.
Baca Juga: 10 Alat Panjat Tebing Beserta Fungsi dan Cara Pakainya
Siapa Saja Lembaga Panjat Tebing di Indonesia?
Berikut lembaga panjat tebing yang ada di Indonesia:
- Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI)
- Pengurus FPTI di tingkat provinsi adalah:
- Pengurus Daerah Provinsi Aceh
- Pengurus Daerah Provinsi Sumatera Utara
- Pengurus Daerah Provinsi Sumatera Barat
- Pengurus Daerah Provinsi Riau
- Pengurus Daerah Provinsi Kepulauan Riau
- Pengurus Daerah Provinsi Sumatera Selatan
- Pengurus Daerah Provinsi Jambi
- Pengurus Daerah Provinsi Bengkulu
- Pengurus Daerah Provinsi Lampung
- Pengurus Daerah Provinsi Banten
- Pengurus Daerah Provinsi Jawa Barat
- Pengurus Daerah Provinsi Jawa Tengah
- Pengurus Daerah Provinsi DI Yogyakarta
- Pengurus Daerah Provinsi Jawa Timur
- Pengurus Daerah Provinsi Bali
- Pengurus Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
- Pengurus Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
- Pengurus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
- Pengurus Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
- Pengurus Daerah Provinsi Sulawesi Utara
- Pengurus Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
- Pengurus Daerah Provinsi Kalimantan Barat
- Pengurus Daerah Provinsi Kalimantan Timur
- Pengurus Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
- Pengurus Daerah Provinsi Papua Barat
- Badan Standardisasi Pemanjatan Indonesia
- Lembaga Pelatihan dan Sertifikasi Panjat Tebing Indonesia
Terdapat pengurus tingkat kota atau kabupaten di setiap provinsi.
Apa saja Peralatan Panjat Tebing?
Kuantitas setiap peralatan yang dipakai tergantung dengan jumlah pemanjat, teknik pemanjatan, dan medan pemanjatan. Selain itu, akan dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing:
- Helm
Fungsi helm pada pemanjatan tebing mirip dengan fungsi helm pada umumnya, yaitu melindungi kepala dari benturan.
- Kernmantle rope/tali kernmantle,
Tali kernmantle adalah peralatan pengaman utama yang dipakai oleh pemanjat dari risiko jatuh . Rata-rata panjang kernmantle, yaitu 70 meter.
- Climbing Shoes/sepatu panjat
Fungsi sepatu panjat untuk panjat tebing dan panjat dinding hampir sama, yaitu untuk membantu pemanjat berpijak di permukaan vertikal dan melindungi kaki dari tajamnya bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar.
- Chalk bag/kantung kapur
Kantung kapur digunakan untuk menampung bubuk magnesium klorida yang membantu pemanjat dalam mengurangi kelembapan di telapak tangan saat melakukan pemanjatan. Dengan begitu, pemanjat bisa membuat pegangan tetap stabil.
Baca Juga: 5 Tempat Indoor Climbing Jakarta dan Sekitarnya, Cocok untuk Latihan Panjat Tebing
Panjat Tebing pakai EIGER!
Nah, itulah sejarah singkat panjat tebing Indonesia! Ayo lengkapi kebutuhan peralatan dan perlengkapan memanjat, kamu bisa berbelanja produk EIGER di website www.eigeradventure.com atau EIGER Adventure Store terdekat di kotamu! Nikmati gratis ongkir untuk pembelanjaan produk original dari EIGER secara online khusus di website!