Pernahkah Eigerian membayangkan seperti apa letusan gunung api yang paling dahsyat? Ternyata, letusan gunung api yang paling dahsyat melibatkan letusan eksplosif yang memuntahkan sejumlah besar material ke atmosfer, hingga menyebabkan kerusakan yang luas dan mengubah lingkungan sekitarnya secara drastis. Tipe letusan ini biasanya berasal dari gunung api yang memiliki magma kental dan tekanan gas yang tinggi, sehingga menghasilkan letusan yang sangat eksplosif.
Lantas, apakah semua gunung api meletus dengan cara yang sama? Jawabannya adalah tidak. Letusan gunung api sangat bergantung pada jenis magma, struktur internal gunung api, dan kondisi geologis yang berbeda. Cari tahu tipe-tipe letusan gunung api, karakteristik, dan dampaknya, yuk!
Tipe Letusan Gunung Api dan Dampaknya
Berikut ini adalah penjelasan mengenai tipe-tipe letusan gunung api serta karakteristik dan dampaknya bagi lingkungan, yang perlu Eigerian ketahui:
1. Letusan Strombolian
Letusan strombolian terjadi secara berkala, yang disertai dengan semburan lava, batuan piroklastik, dan gas vulkanik. Biasanya, letusan ini bersifat eksplosif ringan dan terjadi pada gunung api dengan magma yang bersifat basaltik hingga andesitik, yang memiliki viskositas rendah. Contohnya adalah letusan di Gunung Stromboli, Italia, yang menjadi nama dari tipe ini, dan letusan serupa terjadi di Gunung Semeru di Indonesia.
Dampaknya:
Letusan strombolian tidak terlalu merusak dibandingkan tipe lainnya, karena lava yang keluar cenderung mengalir lambat sehingga memberikan waktu bagi penduduk untuk mengungsi. Namun, abu dan gas vulkanik yang dikeluarkan bisa menyebabkan polusi udara dan gangguan kesehatan pernapasan.
2. Letusan Vulkanian
Letusan vulkanian ini lebih eksplosif dibandingkan letusan strombolian, yang ditandai dengan semburan abu, gas vulkanik, dan bom vulkanik yang dilepaskan dengan kekuatan besar. Tipe letusan ini terjadi karena tekanan gas yang tinggi di bawah magma viskos yang menghalangi jalur keluarnya gas. Contohnya adalah letusan Gunung Krakatau pada abad ke-19, dan Gunung Anak Krakatau.
Dampaknya:
Letusan vulkanian bisa merusak wilayah sekitarnya dalam radius yang lebih besar. Abu yang dihasilkan akan menutupi wilayah yang luas, merusak tanaman, serta menurunkan kualitas udara.
3. Letusan Plinian
Letusan plinian merupakan salah satu tipe letusan paling eksplosif yang ditandai dengan semburan kolom abu vulkanik yang tinggi ke atmosfer, disertai dengan keluarnya lava, gas, dan material piroklastik. Tipe letusan ini dinamai dari letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M yang menghancurkan Pompeii. Contohnya adalah letusan Gunung Vesuvius dan letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991, serta letusan Gunung Tambora pada 1815.
Dampaknya:
Letusan plinian bisa menghancurkan wilayah yang sangat luas dan mengubur kota di bawah abu tebal. Bahkan, bisa juga mengakibatkan perubahan iklim sementara karena partikel-partikel yang masuk ke atmosfer, menyebabkan penurunan suhu global.
4. Letusan Pelean
Letusan pelean terjadi ketika lava kental yang sangat viskos menyumbat kawah gunung, sehingga tekanan gas yang terakumulasi akhirnya melepaskan aliran piroklastik atau awan panas yang sangat mematikan. Awan panas ini akan bergerak dengan kecepatan tinggi dan suhu yang sangat tinggi. Contohnya adalah letusan Gunung Pelée pada 1902 dan letusan Gunung Merapi di Indonesia pada tahun 2010.
Dampaknya:
Letusan pelean ini sangat berbahaya karena awan panas dapat membakar segala sesuatu di jalurnya. Dampaknya bisa sangat merusak, hingga menyebabkan kehancuran masif dan korban jiwa.
5. Letusan Surtseyan
Letusan surtseyan ini terjadi di bawah air atau ketika air laut atau danau berinteraksi dengan magma panas, hingga menyebabkan letusan eksplosif yang melemparkan material ke udara, menciptakan uap, serta abu vulkanik. Contohnya adalah letusan Gunung Surtsey di Islandia dan beberapa letusan di wilayah dekat Tonga di Samudra Pasifik.
Dampaknya:
Letusan surtseyan ini akan membentuk pulau-pulau baru dari material vulkanik yang terangkat ke permukaan. Dampak lingkungan bisa berupa peningkatan sedimentasi, hingga polusi air dan udara di sekitarnya.
6. Letusan Freatik
Letusan freatik terjadi pada saat air bawah tanah dipanaskan oleh magma atau batuan panas, menyebabkan ledakan uap tanpa keluarnya magma. Ini merupakan letusan uap murni, tanpa material lava atau abu yang signifikan. Contohnya adalah letusan kecil di Gunung Ontake, Jepang pada tahun 2014, dan beberapa letusan di kawah Ijen, Jawa Timur.
Dampaknya:
Meskipun skala letusan ini lebih kecil, namun letusan freatik tetap berbahaya karena dapat menyebabkan ledakan tiba-tiba, serta melontarkan batuan dan material panas di sekitarnya
Baca juga: 4 Status Gunung Api: Normal, Waspada, Siaga, hingga Awas
Dampak Positif dari Letusan Gunung Api
Meskipun letusan gunung api sering kali dianggap sebagai bencana karena dampak negatifnya, namun ada juga sejumlah dampak positif dari letusan gunung api. Berikut ini adalah beberapa dampak positif dari letusan gunung api:
1. Menyuburkan Tanah
Material vulkanik yang dikeluarkan selama letusan seperti lava, abu, dan debu vulkanik ternyata bisa memperkaya kandungan mineral tanah. Pada saat lava dan abu vulkanik hancur dan bercampur dengan tanah, mereka mengandung unsur hara seperti potasium, fosfor, dan kalsium, yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
2. Sumber Daya Alam
Material-material yang dikeluarkan dari letusan seperti batuan vulkanik, pasir, dan abu sering kali digunakan sebagai bahan bangunan. Batu vulkanik bisa digunakan untuk membuat beton dan bahan konstruksi lainnya karena sifatnya yang tahan lama dan kuat.
3. Pembentukan Pulau dan Daratan Baru
Letusan vulkanik, khususnya di wilayah laut, bisa membentuk pulau-pulau baru. Proses ini akan memperluas wilayah daratan dan menciptakan habitat baru bagi berbagai spesies flora dan fauna.
4. Peningkatan Pariwisata
Gunung berapi yang aktif atau pernah meletus juga bisa menjadi tujuan wisata populer, baik untuk kegiatan petualangan seperti pendakian gunung maupun wisata edukasi. Pemandangan unik seperti danau kawah, aliran lava, hingga bentang alam vulkanik tentunya akan menarik banyak wisatawan. Gunung Bromo di Jawa Timur, Gunung Merapi di Yogyakarta, dan kawah Ijen di Banyuwangi adalah beberapa contoh gunung berapi yang terkenal sebagai destinasi wisata di Indonesia.
5. Geotermal sebagai Sumber Energi
Aktivitas vulkanik dapat menciptakan sumber energi geotermal, di mana panas dari bawah permukaan bumi bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Ini adalah sumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan.
6. Pembentukan Mineral Berharga
Aktivitas vulkanik juga bisa menghasilkan endapan mineral berharga seperti emas, tembaga, belerang, dan perak. Proses hidrotermal yang terjadi di sekitar gunung berapi akan menyebabkan terbentuknya mineral-mineral ini, yang kemudian bisa dimanfaatkan melalui kegiatan pertambangan.
Baca juga: Gunung Api Strato, Seperti Apa Ciri dan Karakteristiknya?
Meskipun letusan gunung api sering kali menyebabkan kerusakan besar, ternyata ada banyak dampak positif yang dapat diambil, terutama dalam jangka panjang. Yuk, tingkatkan pengetahuan kita tentang gunung api dan bersiap siaga dalam menghadapi bencana!
Jika Eigerian tertarik untuk mendaki gunung api, pastikan untuk memeriksa statusnya dan melakukan persiapan dengan matang, ya! Untuk melengkapi peralatan mountaineering-mu, coba pilih-pilih koleksi terbaru dari EIGER. Langsung saja kunjungi EIGER Adventure Store (EAS) terdekat atau belanja lewat mobile apps EIGER Adventure. Unduh sekarang di Play Store dan App Store, cek produk favoritmu, dan dapatkan promo menarik!