Eigerian, pernah terpikir hewan seperti apa saja yang hidup di dalam gua? Bukan hewan dengan ukuran besar dan menyeramkan, hewan yang hidup di dalam gua biasanya berukuran kecil bahkan tidak mempunyai mata, contohnya seperti udang purba.
Saat ditanya kenapa hewan yang hidup di dalam gua tampak seperti itu, penggiat susur gua bernama Muhammad Iqbal Willyanto atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mas Bim, mengungkapkan penyebabnya adalah karena di gua sumber makanannya sedikit bahkan terkadang mereka tidak makan sama sekali.
Hewan-hewan di gua juga terbiasa dengan kegelapan, jadi mereka tidak mempunyai mata. Salah satu dari hewan-hewan itu adalah Stenasellus javanicus, udang purba yang hidup di Gua Cikarae.
Berbeda dengan udang yang kita ketahui, udang purba berevolusi ribuan tahun lamanya hingga akhirnya mereka mempunyai tubuh yang kecil, tidak mempunyai mata, dan pigmen tubuh mencolok dengan warna merah jambu.
Stenasellus javanicus, Udang Purba yang Hidup di Gua Cikarae
Dikutip dari laman Caves.go.id, Stenasellus merupakan salah satu kelompok anggota Crustacea yang adalah suatu kelompok besar dari arthropoda. Hingga kini, Stenasellus masih hidup di perairan air asin.
Meski begitu, beberapa spesies khas gua telah mengalami adaptasi yang cukup ekstrem dan hidup di air tawar. Stenasellus javanicus sendiri merupakan kelompok Isopoda khas gua yang pertama kali ditemukan di Jawa.
Udang purba berwarna merah jambu ini hanya ditemukan di Gua Cikarae, Desa Leuwi Karet, Klapanunggal, Bogor. Stenasellus javanicus yang hidup spesifik di kolam kecil berisi air perkolasi ini memiliki populasi sangat kecil.
Bahkan, dalam suatu penelitian hanya ditemukan tujuh individu sehingga sangat rentan dari gangguan dan berpotensi mengalami kepunahan.
Baca Juga: Susur Gua Cikarae dan Cikenceng bersama Mabarbex Batch II
Stenasellus javanicus Terancam Mengalami Kepunahan
Stenasellus javanicus terancam mengalami kepunahan karena kondisi lingkungan tempat hidupnya yang hanya bergantung di kolam-kolam air perkolasi. Maka itu, mereka rentan terhadap ancaman gangguan baik dari luar maupun dari dalam gua, belum lagi kalau ada aktivitas manusia di dalam gua.
Keberadaan udang purba yang hanya bisa ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa ini, membutuhkan perhatian yang serius agar bisa lebih menyadari berbagai potensi ancaman keberadaannya di dalam gua.
Berikut klasifikasi dari Stenasellus yang terbagi menjadi filum, subfilum, kelas, ordo, subordo, famili, genus, dan spesies-spesiesnya.
- Filum : Arthropoda
- Subfilum : Crustacea
- Kelas : Malacostraca
- Ordo : Isopoda
- Subordo : Asellota
- Famili : Stenasellidae
- Genus : Stenasellus
- Spesies :
- Stenasellus javanicus (Magniez & Rahmadi, 2006)
- Stenasellus sp.1 (Sukabumi)
- Stenasellus sp.2 (Gunung Walat)
- Stenasellus sp.3 (Ciampea)
- Stenasellus sp.4 (Muller, Kalimantan Tengah)
- Stenasellus stocki Magniez, 2001 (Sumatera Barat)
- Stenasellus forsteri Magniez, 2012 (Sumatera)
- Stenasellus strinatii (Ngalau Baso, Sumatera Barat)
- Stenasellus monodi Magniez, 2000 (Sumatera)
- Stenasellus covillae Magniez, 1987(Aceh Besar)
Sejarah Spesies Stenasellus
Stenasellus pertama kali ditemukan pada tahun 2004 di Gua Cikarae, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor oleh peneliti Pusat Penelitian Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Rahmadi bersama tim dari Perkumpulan Mahasiswa Pencinta Alam Institut Pertanian Bogor (Lawalata IPB). Cahyo dan tim menemukan Stenasellus saat survei untuk kegiatan Scientific Karst Exploration.
Ketika ditemukan pertama kali, spesies ini berada di genangan kecil sebanyak dua ekor, yaitu jantan dan betina. Usai itu, Guy Magniez dan Cahyo Rahmadi mengenalkan Stenasellus di jurnal yang terbit di Perancis pada tahun 2006.
Pada saat kegiatan eksplorasi keanekaragaman hayati dilakukan semakin intensif, lantas ditemukan beberapa catatan bahwa spesies Stenasellus hidup di Gua Buniayu, Sukabumi oleh Cahyo Rahmadi. Lalu, spesies ini ditemukan di Gua Ta’i, gua yang masih berada di sekitar Gua Buniayu pada tahun 2015.
Kemudian, pada tahun 2016 Stenasellus ditemukan di salah satu gua yang terletak di Gunung Walat oleh anggota Rimpala IPB. Dua tahun berikutnya tepatnya pada tahun 2018, spesies ini ditemukan di Gua Sigeulis, Ciampea.
Bagaimana Keadaan Ekosistem Gua?
Ekosistem gua adalah salah satu ekosistem yang mempunyai kerentanan tinggi karena memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan ekosistem lainnya di permukaan bumi. Kehidupan ekosistem gua sangat bergantung dengan ekosistem di permukaan karena kualitas ekosistem gua berhubungan erat dengan kualitas di permukaan gua.
Tidak hanya itu, ekosistem gua pun dikenal mempunyai keanekaragaman yang unik walaupun kekayaan spesies dan keanekaragamannya masih terbilang rendah dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Hal tersebut disebabkan karena ada banyak faktor pembatas lingkungan gua yang membuat tidak semua makhluk hidup bisa hidup di lingkungan yang sangat gelap, tanpa sinar matahari, dan asupan makanan yang minim.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, beberapa spesies gua yang bisa hidup di dalam gua telah mengalami proses evolusi sangat panjang. Maka itu, nilai keanekaragaman hayati gua sangat tinggi bila dilihat dari keunikan, kelangkaan, dan endemisitas spesies-spesies yang hidup di dalamnya.
Nah, itulah Stenasellus javanicus, udang purba yang hidup di Gua Cikarae. Ketika Eigerian sedang melakukan susur gua di Gua Cikarae, coba deh perhatikan genangan airnya. Jika beruntung, udang purba ini bisa terlihat di permukaan.
Jika Eigerian ingin melihat lebih banyak binatang purba atau spesies hewan lainnya, Eigerian juga bisa mulai menjelajahi hutan tropis di Indonesia. Sebelum melakukan eksplorasi, ada baiknya untuk mempersiapkan perlengkapannya dari EIGER.
Eigerian bisa membelinya di website resmi EIGER untuk mendapatkan penawaran menarik dan gratis ongkir ke seluruh Indonesia!