Bagi para pendaki gunung, istilah MDPL tentu sudah tak asing lagi. Namun, tahukan Eigerian apa arti MDPL?
Gunung Semeru memiliki ketinggian 3.676 MDPL, Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.726 MDPL, sementara puncak tertinggi di Indonesia, Puncak Jayawijaya memiliki ketinggian 4.884 MDPL.
Istilah MDPL (meter di atas permukaan laut) memang sangat familiar bagi para pegiat kegiatan outdoor, terutama pendaki gunung.
Sebutan ini kerap kita temukan di berbagai lokasi, seperti di jalur pendakian, bukit, tebing, dan dataran tinggi lainnya.
Namun, tak sedikit dari kita yang belum memahami arti dari MDPL. Padahal, memahami ketinggian suatu tempat sangat penting sebagai persiapan awal sebelum berpetualang.
Dalam artikel ini, akan dibahas semua hal tentang istilah MDPL dan MASL, simak sampai akhir, ya!
Baca Juga: Bolehkah Mendaki Gunung Saat Haid? Simak Jawaban Lengkapnya!
Apa Arti MDPL?
Sebutan MDPL merupakan singkatan dari meter di atas permukaan laut. Istilah ini merujuk pada ketinggian suatu tempat yang diukur dari titik nol meter (permukaan laut).
Artinya, jika Gunung Semeru memiliki ketinggian 3.676 MDPL, maka puncak tertinggi Gunung Semeru (Mahameru) mencapai 3.676 meter di atas permukaan laut.
Mengapa pengukuran ketinggian suatu tempat dimulai dari permukaan laut? Perlu diketahui, permukaan laut memiliki elevasi (ketinggian) yang sama di semua belahan bumi.
Oleh karena itu, permukaan laut dijadikan sebagai titik nol permukaan bumi. Tak hanya berlaku untuk mengukur tinggi gunung, standar ini juga berlaku untuk mengukur ketinggian objek lain.
Sebagai contoh, ketika bepergian dengan kereta jarak jauh, pernahkan Eigerian melihat tanda bertuliskan “+500”?
Yup, angka tersebut berarti ketinggian stasiun kereta tersebut adalah 500 meter di atas permukaan laut.
Baca Juga: Tips Memilih Outfit Naik Gunung Untuk Wanita
Perbedaan MDPL dan MASL
Selain MDPL, istilah MASL juga sering kita temui. Menurut bahasa, MASL (meter above sea level) memiliki arti yang sama seperti MDPL.
Hanya saja, sebutan MASL digunakan secara internasional. Jika dibandingkan, keduanya sama-sama menyatakan ketinggian suatu tempat yang diukur dari permukaan laut.
Dengan demikian, 1 MDPL atau MASL sama dengan 1 meter. Akan tetapi, pengukuran ini hanya berlaku untuk menyatakan ketinggian suatu tempat, bukan jarak horizontal antar titik.
Sebutan MDPL atau MASL juga dapat digunakan untuk menyatakan ketinggian rata-rata suatu tempat atau range ketinggian suatu tempat. Misalnya ketinggian Kota Bogor antara 190-330 meter dpl.
Baca Juga: 5 Manfaat Mendaki Gunung Bagi Kesehatan, Terbukti Kurangi Stress
Bagaimana Cara Mengukur Ketinggian Suatu Tempat?
Ketinggian suatu tempat dapat diukur dengan beberapa cara. Pengukuran ketinggian ini disebut sebagai elevasi yang mengacu pada ketinggian suatu titik di permukaan bumi, bukan di udara.
Berikut beberapa cara mengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan bumi.
1. Menggunakan Altimeter
Melansir dari Aircraft Owners & Pilots Association, altimeter digunakan untuk mengukur ketinggian suatu tempat di atas permukaan laut.
Altimeter banyak digunakan dalam bidang penerbangan untuk mengukur ketinggian pesawat.
Cara kerja altimeter adalah dengan menghitung perbedaan tekanan atmosfer. Di dalam altimeter, terdapat barometer yang dapat mengukur tekanan di udara.
Semakin tinggi suatu tempat, maka tekanannya akan semakin berkurang. Selanjutnya barometer akan menunjukkan angka ketinggian yang akurat.
Di daerah dengan penerimaan GPS yang buruk, altimeter bisa bekerja dengan lebih akurat karena tidak membutuhkan koneksi internet.
2. Menggunakan GPS
Saat ini, perangkat elektronik seperti smartphone atau gadget sudah dilengkapi dengan fitur GPS yang dapat terkoneksi dengan satelit dan menghasilkan Digital Elevation Model (DEM).
Istilah DEM mengacu pada nilai elevasi atau ketinggian suatu titik yang dibaca oleh GPS. Dengan kata lain, kita dapat mengukur ketinggian tempat melalui smartphone.
Sebagai contoh, Eigerian bisa membuka situs atau aplikasi Google Earth. Pada bagian sudut, terdapat ikon untuk memperbesar atau memperkecil tampilan peta.
Tepat di sebelahnya terdapat keterangan angka dengan satuan meter yang menunjukkan ketinggian. Angka ini akan terus berubah jika Eigerian menggeser peta atau lokasi.
Baca Juga: 4 Cara Memperkuat Sinyal HP, Anak Gunung Wajib Tahu!
Lebih Dekat dengan Matahari, Mengapa Suhu di Gunung Lebih Dingin?
Salah satu pertanyaan yang sering muncul di kalangan pendaki adalah alasan mengapa di gunung, suhunya justru lebih dingin.
Padahal, semakin tinggi suatu tempat, seharusnya semakin dekat dengan matahari.
Penyebab utama mengapa suhu di puncak gunung lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu di perkotaan adalah karena tekanan udara.
Di dataran rendah, tekanan udara sangat tinggi. Akibatnya, banyak molekul udara yang bertabrakan dan menciptakan suhu hangat.
Sementara itu, di puncak gunung, tekanan udara lebih rendah sehingga pergerakan moleku udara menjadi lebih lambat.
Selain itu, setiap kenaikan 100 meter, suhu udara juga akan turun sebesar 0,5-0,6 derajat celcius.
Artinya, jika Eigerian mendaki gunung setinggi 3.000 mdpl, suhu udara berpotensi turun hingga 15-18 derajat celcius.
Penurunan suhu juga dapat disebabkan oleh faktor lain seperti cuaca dan angin.
Dengan mengetahui ketinggian suatu tempat, kita dapat menyiapkan diri dengan baik sebelum mendaki gunung.
Itulah mengapa penggunaan perlengkapan dasar seperti jaket gunung, sleeping bag, bandana, dan sarung tangan sangat penting saat mendaki gunung.
Pasalnya, berbagai perlengkapan tersebut dapat membantu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat.
Nah, Eigerian bisa menemukan dan membeli berbagai perlengkapan mendaki gunung berkualitas melalui situs Website EIGER Adventure Official.
Demikian penjelasan tentang arti MDPL dan cara mengukur ketinggiannya. Semoga membantu, ya!