Melakukan kegiatan mendaki gunung berarti kamu harus siap menghadapi berbagai tantangan yang ada di sana. Mulai dari tantangan medan, suhu, cuaca, bahkan penyakit yang siap menyerang para pendaki seperti Altitude Sickness. Maka dari itu, kesiapan fisik serta pengetahuan tentang berkegiatan di alam bebas harus Eigerian persiapkan dengan baik agar perjalananmu menjadi aman dan nyaman, serta selamat hingga kembali ke rumah.
Tahukah Eigerian bahwa ada satu penyakit yang sering menyerang para pendaki saat berkegiatan di gunung, khususnya pada ketinggian?
Ya, altitude sickness. Penyakit yang juga sering disebut sebagai “penyakit gunung” ini merupakan kumpulan gejala yang muncul ketika seseorang mendaki terlalu cepat menuju ketinggian tertentu. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup waktu untuk beradaptasi dengan perubahan tekanan udara dan kadar oksigen di ketinggian. Rata-rata tubuh manusia membutuhkan 1-3 hari untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ketinggian.
Akibatnya, muncul gangguan pada sistem saraf, otot, paru-paru, dan jantung. Kondisi ini cukup serius dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak mendapat penanganan yang tepat.
Jenis Altitude Sickness
Altitude sickness terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Acute Mountain Sickness (AMS), yaitu bentuk altitude sickness yang paling ringan dan sering terjadi.
- High-altitude Cerebral Edema (HACE), yaitu penumpukan cairan di otak yang menyebabkan otak membengkak dan tidak berfungsi normal.
- High-altitude Pulmonary Edema (HAPE), yaitu penumpukan cairan di paru-paru yang menyebabkan gangguan fungsi organ tersebut. Edema paru ini bisa berkembang dari HACE atau terjadi dengan sendirinya.
Pada ketinggian lebih dari 2.500 mdpl, tekanan udara akan mulai menurun dan oksigen pun semakin menipis. Jika kamu tidak terbiasa berada di ketinggian, maka tubuhmu perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini adalah:
- Tinggal di dataran rendah
- Pernah mengalami altitude sickness sebelumnya
- Ritme pendakian yang terlalu cepat
- Jalur pendakian yang sulit dan membutuhkan banyak energi
- Gangguan jantung, paru-paru, atau sistem saraf
Gejala Altitude Sickness
Gejala altitude sickness bisa muncul bertahap atau tiba-tiba dengan tingkat keparahan ringan hingga berat. Ini tergantung pada kecepatan seseorang saat mendaki dan ketinggian yang dicapai. Gejala ringan biasanya mulai 12-24 jam setelah tiba di ketinggian dan akan berkurang dalam satu atau dua hari saat tubuh berhasil menyesuaikan diri.
Gejala lain yang dirasakan adalah:
- Pusing
- Sulit tidur
- Kelelahan dan kehilangan energi
- Sesak napas
- Mual dan muntah
Pertolongan Pertama Penderita
Jika kamu atau teman perjalananmu mengalami altitude sickness, segeralah turun atau pergi ke tempat yang lebih rendah. Jangan coba mendaki lebih tinggi meskipun gejala yang dialami tergolong ringan. Apabila penderita tidak memungkinkan untuk turun, maka segera hubungi petugas evakuasi.
Ada sejumlah langkah pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk meredakan gejalanya, seperti longgarkan pakaian penderita dan beri ruang yang cukup agar bisa bernapas normal. Pastikan pula ia minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi. Jaga suhu tubuh penderita agar tetap hangat, batasi aktivitas fisiknya, dan biarkan ia beristirahat.
Pencegahan Altitude Sickness
Jika Eigerian berencana mendaki gunung, sebaiknya terlebih dahulu mencari informasi tentang gunung tersebut, termasuk informasi ketinggian gunung, serta apa saja gejala altitude sickness yang biasa terjadi dan bagaimana pertolongan pertamanya.
Cara terbaik untuk menurunkan kemungkinan terkena altitude sickness adalah dengan melakukan aklimatisasi. Dalam proses aklimatisasi, Eigerian disarankan untuk mendaki lebih tinggi, tetapi tidur dan istirahat di tempat yang lebih rendah. Dengan itu, kamu membiarkan tubuh perlahan-lahan terbiasa dengan perubahan tekanan udara saat melakukan perjalanan ke tempat yang lebih tinggi.
Tak hanya itu, sebaiknya berjalanlah secara perlahan agar paru-paru mendapatkan lebih banyak udara melalui napas yang lebih dalam. Lakukan pendakian secara bertahap dan ingatlah untuk beristirahat secara berkala. Jangan lupa juga sebelum melakukan pendakian untuk berlatih terlebih dahulu dan pastikan fisik kamu mampu ya, Eigerian.
Baca Juga: Perhatikan Tips Memilih Sepatu Mendaki Supaya Nyaman Selama Pendakian!
Pengobatan “Penyakit Gunung” Ini
Gejala altitude sickness biasanya akan mereda setelah kamu turun di ketinggian 300-600 meter lebih rendah daripada ketinggian sebelumnya. Pada sebagian besar kasus, gejala akan hilang sepenuhnya dalam tiga hari.
Sementara pada altitude sickness tingkat parah atau jika terjadi HACE atau HAPE, terutama pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl, penderita harus turun ke ketinggian di bawah 1.200 mdpl dan mendapat pertolongan medis. Selain juga dapat mengonsumsi obat-obatan, penderita juga dapat diberikan alat bantu napas dan terapi oksigen untuk meredakan gejala.
Sebelum melakukan pendakian, selain melatih fisik agar stamina terjaga, ada baiknya Eigerian juga melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu, ya! Terlebih jika kamu memiliki masalah medis sebelumnya, terutama gangguan jantung dan paru-paru. Tak cuma itu, jangan lupa gunakan perlengkapan mendaki yang sesuai dengan gunung yang kamu daki. Yuk, lengkapi berbagai kebutuhan pendakian kamu, mulai dari apparel, tas, dan sepatu hanya di www.eigeradventure.com dan EIGER Adventure Store!