Ada kalanya, kita akan mengalami stres dan merasa kelelahan karena beban pekerjaan atau masalah lainnya. Jika stres tersebut terjadi secara terus-menerus sampai rasanya tidak berdaya, hingga putus asa, maka kondisi tersebut bisa jadi jalan menuju burnout. Jika dibiarkan, masalah kesehatan mental yang satu ini juga bisa memengaruhi kesehatan fisik. Yuk, kita simak penjelasan lebih lanjut terkait apa itu burnout, ciri-ciri, penyebab, hingga cara mengatasinya.
Burnout adalah stres berkepanjangan
Melansir laman Help Guide, burnout diartikan sebagai kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental karena stres berlebihan dan berkepanjangan. Kondisi ini akan membuat seseorang menjadi kewalahan, kelelahan secara emosional, dan rasanya tidak mampu untuk menjalankan tanggung jawab keseharian. Saat stres berlanjut, maka orang yang burnout akan kehilangan minat dan motivasi pada semua hal.
Selain mengurangi produktivitas dan juga menguras energi, kondisi ini juga bisa membuat seseorang menjadi sinis dalam memandang hidup, sampai akhirnya merasa tidak bisa apa-apa. Dampaknya, bisa merembet ke segala aspek kehidupan seperti kehidupan pribadi di rumah, pekerjaan, hingga hubungan dengan orang sekitar. Bahkan Tidak hanya kesehatan mental saja, tapi kesehatan fisik lama-lama juga jadi terpengaruh. Orang yang sudah di level burnout akan lebih mudah sakit, rentan terkena penyakit jantung, hingga diabetes.
Gejala Burnout Harus Dikenali!
Sebagian orang mungkin tidak sadar dengan gejala burnout yang tengah dialaminya. Tapi, biasanya orang sekitar yang lebih dulu sadar dengan perubahan dalam diri kita. Sebenarnya, mengenali gejala burnout itu sangat penting. Kalau kita tidak sadar, justru akan memicu dampak negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Setiap orang memiliki gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya orang yang mengalami kondisi ini akan memiliki gejala seperti berikut:
- Tidak semangat kerja.
- Benci atau tidak mau memikirkan pekerjaan, sehingga menjadi tidak produktif.
- Performa dan minat kerja kian menurun.
- Menjadi mudah marah.
- Menarik diri dari lingkungan sosial.
- Mudah sakit dan cepat lelah
- Mengalami psikosomatik.
- Menjadi lebih sulit tidur atau insomnia.
Kondisi ini dapat terjadi pada orang yang terus-menerus bekerja tanpa mengambil jeda atau istirahat secara fisik dan mental. Seseorang yang tidak bisa mengatur psikis dan fisiknya tentu akan mengalami kelelahan. Ketika sudah melewati batas, maka akan mengalami burnout. Kondisi yang tidak dapat diatasi inilah yang kemudian akan menimbulkan gejala lainnya.
Proses Terjadinya Burnout
Berbeda dengan penyakit lain yang biasanya muncul secara tiba-tiba, burnout ini terjadi setelah melewati beberapa tahapan. Dilansir dari laman Healthline, psikolog pencetus istilah burnout yaitu Herbert Freudenberger, bersama dengan rekannya yaitu Gail North, menjabarkan 12 tahapan burnout.
- Ambisius saat mengerjakan sesuatu.
- Mendorong diri sendiri untuk bekerja secara lebih keras.
- Mengabaikan kebutuhan esensial pribadi seperti tidur, olahraga, hingga konsumsi makanan sehat.
- Tidak mau introspeksi diri, tapi malah menyalahkan keadaan dan orang sekitar atas suatu masalah.
- Terlalu fokus sampai tidak meluangkan waktu untuk keluarga, teman, atau orang terdekat.
- Tidak sabar serta sering menganggap orang lain tidak kompeten, malas, sombong, atau prasangka negatif lainnya.
- Menarik diri dari orang-orang terdekat, teman, dan keluarga. Ajakan untuk bertemu rasanya malah menjadi beban, bukan sebagai hiburan.
- Perubahan perilaku menjadi lebih agresif, dan sering marah atau membentak orang sekitar tanpa alasan yang jelas.
- Merasa kehilangan diri sendiri atau tidak mempunyai kemampuan untuk mengontrol hidup.
- Batin menjadi kosong dan sering merasa cemas.
- Depresi atau hidup menjadi tidak bermakna, hingga merasa putus asa.
- Mental dan fisik sering bermasalah.
Baca juga: Opsi Menarik Camilan Sehat untuk Di Kantor, Klik Di Sini!
Burnout Itu Bisa Dicegah, Kok!
Burnout dapat dicegah dengan melakukan sejumlah cara, seperti manajemen waktu yang baik, tidur cukup, makan makanan bernutrisi tinggi, me time, dan bersosialisasi. Tapi jika terlanjur dilanda burnout, tak perlu khawatir berlebihan. Segera lakukan langkah-langkah untuk mengatasinya dengan cara berikut:
- Pertama, coba cek gejala yang paling parah, misalnya emosi dan minat. Jika sudah ditemukan tingkat keparahannya dan ternyata tidak mengganggu aktivitas, kita cukup melakukan self healing dengan relaksasi saja.
- Jika penyebab burnout karena masalah pekerjaan, kita bisa mengambil cuti kerja untuk melakukan self healing. Namun, jika penyebabnya adalah suatu hal dan bukan hanya urusan kerja, maka penyebab tersebut harus diselesaikan.
- Selain cuti kerja, self healing lain yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan bermanfaat seperti berkebun atau bercocok tanam. Saat melakukan aktivitas ini, maka akan muncul mindfulness. Yaitu cara kita untuk merasakan sensasi-sensasi dalam diri dan pengalaman indra yang terintegrasi ketika kita fokus pada hobi. Selain itu, tubuh juga akan lebih rileks karena hormon-hormon stres akan dilepaskan.
- Kalau suka nonton film di bioskop, itu juga bisa jadi sarana dalam rangka self healing.
Baca juga: Semangat Kerja Loyo? Coba Bangkitkan Pakai 5 Cara Ini
Perlu diketahui, bahwa burnout itu tidak selalu menyebabkan orang menjadi malas bekerja. Bisa saja burnout terjadi karena seseorang terlalu memaksakan diri untuk bekerja secara maksimal, sehingga malah tidak sadar kalau ternyata sudah kelelahan. Mulai sekarang, kita harus bijak dalam manajemen waktu supaya dapat terhindar dari burnout. Istirahat yang cukup, makan bergizi, hingga olahraga juga sangat diperlukan. Jogging di pagi hari minimal seminggu sekali saat libur kerja, terdengar sederhana dan menyenangkan! Supaya lebih semangat, yuk lengkapi segala perlengkapan olahraga hanya di Eiger Adventure Official Website. Selain belanja online, Eigerian juga bisa mengunjungi Eiger Adventure Store terdekat. Belanja, bisa sekalian jalan-jalan dan me time, kenapa tidak?