Siapa Bongkeng? Memiliki nama asli Djukardi “Bongkeng” Adriana, ia juga kerap disapa dengan sebutan Kang Bongkeng.
Lahir pada 1 September 1950, kini umurnya sudah menginjak 73 tahun. Kecintaannya pada berkegiatan di alam bebas dimulai pada tahun 1973 dengan bergabung ke dalam sebuah organisasi pencinta alam.
Menurutnya, mendaki gunung tidak boleh asal, setiap orang mesti melakukannya dengan bekal pengetahuan dan teknik hidup yang mumpuni. Sudah hampir 50 tahun lebih ia bergelut di bidang kegiatan bertualang di alam bebas, Kang Bongkeng memilih kisahnya tersendiri.
Dari mana asal nama “Bongkeng”?
Dalam ceritanya, Kang Bongkeng mengungkapkan bahwa pendidikan dasar teknik berkegiatan di alam bebas yang ia jalani perlu menghabiskan waktu selama satu bulan penuh di lapangan. Pengaruhnya, fisiknya pun jadi lebih kurus.
Sehingga dalam istilah bahasa Sunda, Kang Bongkeng sering dipanggil oleh teman-temannya Begeng atau Kerempeng. Bahkan saat sedang berjalan memakai ransel, ia seringkali terbungkuk-bungkuk.
Kebiasaan itu, seringkali membuat teman-teman memanggilnya Bongkok. Maka terciptalah nama “Bongkeng” yang artinya, bongkok dan kerempeng.
Baca juga: Inilah Profil Gunung Argopuro, Gunung Dengan Jalur Paling Panjang di Pulau Jawa
Apa yang membuat Bongkeng suka berkegiatan di alam bebas?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Kang Bongkeng bergabung ke dalam Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI pada tahun 1973. Di masa mudanya itu, kecintaannya pada dunia outdoor berawal dari keinginannya untuk mencari kedamaian sekaligus menikmati hidup.
Tuturnya, saat masih muda Kang Bongkeng merasa kalau dirinya sempat melakukan hal-hal buruk yang membuatnya ingin menjadi versi lebih baik dari dirinya saat itu.
Hingga suatu saat, salah satu temannya mengajaknya untuk menekuni kegiatan pendakian gunung di sekitar Bandung Utara untuk menjalani kehidupan dan melupakan sesuatu yang tidak baik. Rupanya, ia sangat menikmati pendidikan dasar tentang teknik berkegiatan di alam bebas yang dijalaninya.
Apa makna berkegiatan di alam bebas bagi Bongkeng?
Setelah mengikuti kegiatan di alam bebas, Kang Bongkeng pun mendapatkan makna tersendiri dari kegiatan itu. Baginya, alam dan isinya mampu menjadikan dirinya lebih rendah hati.
Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan nilai kehidupan tentang betapa kecilnya manusia dibandingkan alam dan kebesaran Tuhan atas indahnya alam yang Ia ciptakan.
Lantas, Kang Bongkeng mengungkapkan bahwa dirinya bertualang dengan tujuan untuk mencari makna, mengenal alam Indonesia yang kaya dengan segala keindahannya, dan mengenal apa yang telah diberikan oleh alam itu sendiri.
Dalam setiap tuturnya, ia selalu menekankan pentingnya membekali diri dengan pengetahuan berkegiatan di alam bebas. Sebelum memulai kegiatan di alam bebas, sebaiknya perkaya diri terlebih dahulu tentang pengetahuan teknik berkegiatan di alam terbuka.
Lantaran alam punya bahayanya tersendiri, jadi manusia perlu menanggulanginya. Terdapat bahaya dari alam dan bahaya dari diri sendiri.
Contoh bahaya yang datang dari alam, yaitu hujan badai, longsor, dan pohon roboh. Sementara bahaya yang berasal dari diri sendiri, yaitu kelalaian manusia untuk membawa perlengkapan yang seharusnya dibawa.
Nah, hal-hal itu harus dikuasai dengan mawas sendiri. Kang Bongkeng menekankan agar kita tidak terjebak dengan hal-hal yang sering diabaikan.
Baca juga: Inilah 7 Fungsi Pisau Outdoor untuk Kegiatan di Alam Bebas
Apa arti keluarga bagi Bongkeng?
Bagi Kang Bongkeng, sang istri adalah pendukung yang paling hebat untuk kegiatan di alam bebas yang ia jalani. Meski bukan pendaki gunung, sang istri selalu memahami kegiatan yang dijalani oleh Kang Bongkeng.
Sang istri selalu berharap agar Kang Bongkeng bisa melakukannya dengan baik. Pasalnya, kegiatan ini dilakukan bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.
Bahkan sebelum menjadi seorang istri, Kang Bongkeng selalu mengajaknya ke tempat-tempat ia berkegiatan. Misalnya, saat diundang ke suatu Jambore pencinta alam di mana pun, mulai dari di Jawa hingga ke luar Pulau Jawa.
Di samping itu, salah satu anaknya, sering ditinggal untuk melakukan kegiatan alam bebas di umurnya yang baru menginjak usia 2 bulan. Bahkan ketika kembali ke rumah, ia lupa siapa ayahnya.
Bicara tentang minat anak-anak Kang Bongkeng terhadap berkegiatan di alam bebas, sebetulnya mereka suka dibawa ke alam terbuka.
Namun karena tidak adanya kesempatannya maka anak-anaknya tidak menekuni hal yang sama. Biasanya, mereka hanya mengingatkan agar sang ayah selalu berhati-hati supaya bisa pulang dengan selamat.
Apa Saja Program EAST?
Pada tahun 2000, Bongkeng bersama Mamay, dan Paimo, membentuk suatu badan otonom bernama EIGER Adventure Service Team (EAST). Setelah terbentuknya EAST, mereka mengadakan beberapa program yang masih diteruskan hingga kini, seperti pendidikan berkegiatan di alam bebas, seperti di Mountain & Jungle Course (MJC), pengembangan-pengembangan di kegiatan pemanjatan tebing, dan masih banyak lagi.
Bukan tanpa alasan, pembentukan EAST dilakukan karena banyaknya kecelakaan di gunung yang dialami oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan umum tentang kegiatan di alam bebas.
Maka, ide MJC diprogramkan untuk pemula agar bisa menerapkan teknik berkegiatan di alam bebas sebelum ia menyenangi kegiatan ini lebih lanjut.
Jadi, sebaiknya kenali dulu wawasan pengetahuan tentang teknik hidup di alam terbuka dan kenali dulu kemampuan diri sendiri untuk bisa melakukan kegiatan itu.
Siap Berkegiatan di Alam Bebas bersama EIGER
Nah, itulah profil tentang siapa Bongkeng. Mulai dari asal nama, arti keluarga, hingga makna berkegiatan di alam bebas bisa ditonton lebih lengkap di YouTube EIGER Adventure!
Bongkeng dalam kisahnya selalu menekankan betapa pentingnya berkegiatan di alam bebas dengan aman dan nyaman. Kamu bisa memakai produk Bongkeng Series dan berkegiatan dengan aman dan nyaman dengan membelinya di eigeradventure.com atau EIGER Adventure Store terdekat di kotamu! Gratis ongkir, produk original, pembayaran dengan banyak metode, dan punya harga terbaik.