Saat mendengar nama singa gunung, apa yang terlintas di benak Eigerian? Singa gunung ini adalah mamalia karnivora yang memiliki banyak nama, di mana mereka dikenal sebagai puma, panther, catamount, panther, red deer, deer tiger, dan cougar.
Karena kemampuannya dalam beradaptasi, puma dikenal hidup di banyak habitat dan ekosistem. Tidak seperti kucing besar lainnya, puma tidak mengaum tapi ia mendengkur seperti kucing kecil.
Di bawah ini ada sederet fakta menarik seputar singa gunung yang tak boleh di skip. Simak, yuk!
Fakta Menarik Seputar Singa Gunung
Singa gunung alias puma berkeliaran di pegunungan Amerika, diam-diam mengintai mangsanya sebelum menemukan kesempatan sempurna untuk menerkam. Binatang ini cepat dan kuat dengan tubuh yang sangat berotot, penglihatan yang tajam, dan pendengaran yang tajam. Predator ini juga bisa berenang, memanjat pohon, dan melompati jarak jauh, sehingga menjadikannya pemburu yang mahir.
Sebagai predator puncak, tentu saja keberadaannya sangat penting bagi banyak spesies yang tinggal bersamanya. Langsung saja simak fakta-fakta menarik puma berikut ini, yuk!
- Singa gunung merupakan spesies kucing liar terbesar keempat setelah harimau, singa, dan jaguar.
- Singa gunung yang tinggal di dekat garis ekuator ukurannya jauh lebih kecil dari yang tinggal dekat dengan kutub.
- Singa gunung diketahui berkerabat lebih dekat dengan kucing peliharaan daripada dengan singa atau harimau.
- Singa gunung jantan tidak akan kawin kalau belum punya wilayah kekuasaan.
- Hasil perkawinan silang antara puma dengan macan tutul disebut pumapard.
- Usia hidup rata-rata puma di penangkaran adalah 20 tahun. Tapi, ada yang pernah hidup hingga usia 30 tahun, lho!
- Singa gunung memang tidak bisa mengaum, tapi teriakannya mirip seperti teriakan manusia.
- Satu ekor puma memerlukan wilayah seluas kurang lebih 259 kilometer persegi untuk hidup.
- Melindungi puma artinya kita juga melindungi banyak spesies yang hidup di habitat yang sama dengannya.
Keberadaan pumasebagai predator memang sangat vital bagi keseimbangan lingkungan. Posisi mereka tidak tergantikan untuk mengendalikan populasi mangsanya, yang juga akan berdampak pada lingkungan tempat mereka hidup. Harapannya adalah, semoga singa gunung tetap lestari.
Baca juga: Kenapa Kamu Harus Mencoba Mendaki Gunung, Setidaknya Sekali Seumur Hidup?
Apa yang Harus Dilakukan Saat Bertemu Singa Gunung?
Sebenarnya puma tidak menyerang manusia secara langsung. Meski begitu, para pendaki harus tetap waspada. Eigerian mungkin tidak akan sadar kalau sudah diintai oleh hewan ini. Bahkan ia datang pun bisa jadi tidak terlihat. Tapi dalam beberapa kasus di luar negeri sana, puma memperlihatkan dirinya ketika mereka timbul rasa penasaran, misalnya kita sedang dinilai apakah bisa dijadikan mangsa atau bukan. Nah, kira-kira apa yang harus dilakukan jika para pendaki bertemu dengan puma?
Perlu di garis bawahi, seandainya berhadapan dengan puma sebaiknya jangan lari atau kabur. Karena momen itu yang bisa membuat hewan buas ini menandai kita sebagai mangsa. Usahakan untuk tetap tenang dan jangan panik, atau bisa membuat suara-suara bising dan bersikaplah seolah-olah Eigerian lebih besar. Kalau Eigerian membawa tongkat trekking, Eigerian bisa memanfaatkannya untuk bersiap dari serangan. Eigerian juga perlu klakson udara untuk membuatnya terkejut, termasuk penyemprot.
Meski banyak peralatan yang disiapkan, namun alat-alat itu bukan untuk perang, alias hanya sebagai perlindungan dan jangan sekali-kali bertindak lebih agresif. Etika yang paling tepat saat bertemu dengan puma adalah melapor ke penjaga atau pengelola hutan atau gunung.Â
Sebetulnya, ada peralatan paling akhir yang bisa menyelamatkanmu dari singa gunung, yaitu pisau. Pisau ini akan menjadi cara terakhir untuk bertahan jika tiba-tiba Eigerian diserang oleh hewan buas, termasuk singa gunung. Mungkin ini memang terkesan mengerikan, tapi sebagai antisipasi mungkin tidak masalah.
Insiden ini mungkin kecil kemungkinannya terjadi di Indonesia, karena hewan ini biasa dijumpai di Amerika. Tapi namanya pegunungan, pasti akan ada hewan-hewan buas. Paling tidak, penjelasan mengenai singa gunung di atas bisa jadi langkah antisipasi kalau suatu saat Eigerian bertemu hewan buas saat hiking di pegunungan atau bukit di Indonesia.
Baca juga: Memahami Apa Itu Survival, Teknik, dan Peralatannya
Kasus Serangan Hewan Buas di Indonesia
Kasus serangan hewan buas di Indonesia sudah beberapa terjadi, salah satunya adalah pada tahun 2008 ada seorang pendaki wanita ditemukan meninggal dunia yang mana dugaannya diterkam harimau. Kasus harimau terkam manusia juga pernah terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di wilayah Sekoci, Besitang, Sumatera Utara. Kalau melihat kasus-kasus itu, alam memang harus diwaspadai dan dihormati, karena di sanalah habitat para binatang. Meskipun sudah membawa peralatan dan dirasa jinak, naluri hewan akan terus ada. Jadi, bagi Eigerian yang hobi hiking atau mendaki, tetap hati-hati ya!
Selain dituntut untuk selalu waspada saat mendaki gunung, Eigerian juga wajib menyiapkan perlengkapan dan peralatan mountaineering. Dengan begitu, kegiatan pendakian bisa berjalan dengan aman dan nyaman. Yuk, dapatkan berbagai macam perlengkapan dan peralatan mountaineering hanya di website resmi EIGER Adventure. Cek koleksi terbarunya sekarang, dan jangan lupa manfaatkan promo yang ada!